Kesehatan

Kenali Penyakit Parkinson dan Cara Penanganan

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
18 Mei 2024 12:30
Kenali Penyakit Parkinson dan Cara Penanganan
Ilustrasi - Operasi pemasangan Deep Brain Stimulation (DBS) pada Pasien Parkinson.

JAKARTA - Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang terjadi seiring dengan penuaan sistem saraf di otak, yang ditandai dengan penurunan zat dopamin hingga 30 persen. Penyakit ini dapat mulai terjadi pada usia 50, 40, bahkan 30 tahun.

Dr. Rocksy Fransisca V. Situmeang, Sp.N, dokter spesialis saraf di RS Siloam Lippo Village Tangerang, mengutip Ted Dawson, M.D, Ph.D, Director of the Institute for Cell Engineering John Hopkins Medicine, menyatakan bahwa sekitar 15 persen penyakit Parkinson dipengaruhi oleh faktor genetik. Dengan pemahaman medis yang semakin baik, faktor genetik dapat menjadi salah satu penyebab turunnya risiko Parkinson.

Gejala, Perawatan, dan Pola Hidup

Dr. Rocksy menjelaskan bahwa gejala Parkinson disingkat TRAP, yaitu tremor, rigidity (kaku), akinesia (gerakan lambat), dan postural instability (ketidakstabilan postur). Selain itu, terdapat gejala non-motorik seperti susah tidur, gangguan penciuman, gangguan buang air besar, dan susah menelan.

Penderita Parkinson sebaiknya segera menghubungi dokter spesialis saraf untuk pemeriksaan lebih lanjut. Obat-obatan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Latihan rutin sangat penting untuk melatih otot agar tidak mengalami kekakuan.

"Parkinson tidak bisa dicegah, tetapi kita bisa meminimalkan risiko terkena Parkinson dengan memperbaiki pola hidup," kata Dr. Rocksy. Pola hidup sehat meliputi konsumsi makanan bergizi, cukup air, buah, dan sayur (tanpa pestisida), serta menjaga lingkungan yang bersih. Kontrol emosi dan menghindari stres juga penting untuk mencegah Parkinson.

Jenis Pengobatan

Ada tiga jenis pengobatan untuk Parkinson: obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi. Obat-obatan adalah metode utama untuk mengelola Parkinson, membantu mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Fisioterapi membantu meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerakan, serta mengurangi risiko jatuh.

Prosedur bedah Deep Brain Stimulation (DBS) digunakan untuk mengurangi gejala Parkinson yang tidak terkontrol dengan obat-obatan. Prosedur ini melibatkan penanaman elektroda ke dalam otak untuk membantu kontrol gerakan.

Jenis Obat dan Terapi

Dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT, dokter spesialis saraf di RS Siloam Kebon Jeruk, menjelaskan  obat-obatan seperti Antikolinergik, Levodopa, dan Agonis Dopamin digunakan untuk mengurangi tremor dan meningkatkan fungsi dopamin dalam otak. Terapi yang dianjurkan meliputi fisioterapi, terapi wicara, psikoterapi, dan terapi okupasi.

Teknologi Bantu 

Dr. Frandy juga menjelaskan bahwa penggunaan perangkat wearable seperti jam tangan dapat membantu mengatur kebutuhan sehari-hari penderita Parkinson. Jam tangan ini dapat mengontrol waktu tidur, istirahat, pengingat jadwal obat, dan menghitung getaran yang dialami.

Selain itu, Deep Brain Stimulation (DBS) juga penting untuk mencegah keparahan Parkinson. DBS sebaiknya dilakukan pada tahap awal untuk mencegah penyakit semakin parah. Tujuan DBS adalah mengurangi komplikasi motorik, mengurangi dosis obat, dan mengatasi tremor.

Perawatan Parkinson memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, terapis fisik, terapis okupasi, serta tim medis lainnya. Setiap pasien memiliki kebutuhan khusus, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk menentukan strategi pengobatan terbaik.

RS Siloam memiliki kelengkapan dalam penanganan Parkinson, dengan tenaga medis profesional dan peralatan medis canggih. Pasien dapat memesan jadwal konsultasi melalui siloamhospitals.com, aplikasi MySiloam, atau contact center 1-500-181. (ant)
 
 


Berita Lainnya