Kesehatan
Kenali Gejala Kanker Payudara Her2-Low untuk Segera Diobati
JAKARTA - Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hemato-onkologi medik dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi Sp.PD-KHOM M. Epid, menjelaskan bahwa istilah metastasis HER2-Low masih tergolong baru, namun sekitar 60 persen pasien yang didiagnosis HER2-Negatif sebenarnya memiliki kadar HER2 rendah.
“Pengetahuan mengenai metastasis kanker payudara HER2-Low di Indonesia masih terbatas. Status HER2 berbeda dengan status hormonal, orang dengan kadar HER2 rendah bisa saja memiliki status hormonal positif,” ungkap Ikhwan dalam sebuah diskusi mengenai pemahaman tentang metastasis kanker payudara di Jakarta, Kamis.
HER2-Low dapat terdeteksi melalui pemeriksaan imunohistokimia (IHK) pada biopsi sel kanker, di mana hasilnya menunjukkan kadar protein HER2 rendah dengan nilai IHK 1+ atau 2+. HER2-Low biasanya terjadi pada stadium awal kanker dan penyebarannya cenderung cepat, sehingga pengobatan dini sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pasien kanker payudara dengan HER2-Low bisa mendapatkan pengobatan untuk memperlambat perkembangan kanker, mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan memperpanjang masa bebas penyakit hingga dua kali lipat. “Pengobatan menggunakan antibodi terapi target trastuzumab dan kemoterapi Deruxtecan. Cara kerjanya adalah dengan menempel pada HER2, sehingga kombinasi obat ini hanya menyerang sel kanker,” tambahnya.
Ikhwan juga menjelaskan bahwa sel kanker cenderung menyebar ke organ yang memiliki banyak pembuluh darah, seperti tulang, paru-paru, dan hati. Sel-sel payudara berpotensi menjadi kanker karena beberapa faktor risiko seperti ketidakseimbangan hormonal, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, usia, dan faktor genetik.
Gejala yang perlu diwaspadai termasuk adanya benjolan di payudara, keluarnya cairan selain ASI, perubahan kulit payudara, perbedaan bentuk puting, iritasi, serta nyeri di area payudara. “Jika menemukan tanda-tanda ini, segera konsultasikan ke dokter. Pemeriksaan biasanya mencakup mamografi, USG untuk mendeteksi benjolan padat atau cair, biopsi untuk mengambil jaringan, serta MRI atau CT Scan,” jelasnya. (ant)