Kesehatan

Kenali Bedah Laparoskopi untuk Atasi GERD

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
15 September 2024 11:00
Kenali Bedah Laparoskopi untuk Atasi GERD
Ilustrasi tindakan bedah.

JAKARTA - Bedah laparoskopi merupakan prosedur minimal invasif yang hanya membutuhkan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat bedah khusus. Metode ini dianggap aman dalam menangani berbagai masalah kesehatan, termasuk GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung.

"Laparoskopi untuk GERD adalah solusi yang sangat efektif bagi pasien yang tidak merespons dengan baik terhadap obat-obatan," ujar dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD, spesialis bedah digestif. Teknik ini memungkinkan perbaikan katup antara lambung dan esofagus, yang sering menjadi penyebab utama refluks asam. "Pasien biasanya bisa kembali beraktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan operasi konvensional," tambahnya.

Gejala umum GERD meliputi rasa terbakar di dada (heartburn), regurgitasi asam lambung, kesulitan menelan, batuk kronis, dan suara serak. "Meskipun obat-obatan dapat mengurangi gejala, tidak semua pasien mendapatkan hasil yang memuaskan," kata dr. Eko dari Bethsaida Hospital Gading Serpong.

Untuk pasien yang tidak berhasil diatasi dengan terapi medis, Bethsaida Hospital Gading Serpong menawarkan solusi modern melalui bedah laparoskopi, yang ditangani langsung oleh dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD.

Keunggulan bedah laparoskopi dibandingkan operasi terbuka tradisional mencakup pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, serta nyeri pasca operasi yang minimal. Bedah ini biasanya direkomendasikan untuk pasien dengan gejala GERD kronis yang tidak membaik meskipun telah menggunakan obat-obatan.

Selain itu, pasien dengan komplikasi GERD seperti esofagitis (peradangan esofagus), penyempitan esofagus, atau Barrett’s esophagus yang berisiko menjadi kanker esofagus, juga disarankan untuk menjalani prosedur ini. "Pasien yang harus terus-menerus mengonsumsi obat antasida atau proton pump inhibitors (PPI) untuk mengontrol gejala, namun tidak mengalami perbaikan yang signifikan, atau mereka yang merasakan efek samping dari pengobatan jangka panjang yang menurunkan kualitas hidup, juga direkomendasikan untuk menjalani metode ini," pungkasnya. (ant)
 


Berita Lainnya