Kesehatan

Kenali Beda Kelumpuhan akibat TBC Tulang dengan Polio dan Cara Cegah

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
25 Juli 2024 18:00
Kenali Beda Kelumpuhan akibat TBC Tulang dengan Polio dan Cara Cegah
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Ilmu Kesehatan Anak Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) (kanan) menjelaskan kelumpuhan pada tuberkulosis (TB) tulang belakang tidak sama dengan kasus polio di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.

JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), menjelaskan  kelumpuhan akibat tuberkulosis (TB) tulang belakang berbeda dengan kelumpuhan yang disebabkan oleh polio.

Penjelasan ini disampaikan kepada kader posyandu untuk menghindari kesalahpahaman dalam edukasi masyarakat selama pencanangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Jakarta Pusat. "Pada polio, kelumpuhan terjadi secara mendadak dan tidak dapat disembuhkan. Sedangkan pada TB tulang belakang, kelumpuhan terjadi pada tahap akhir penyakit. TB biasanya dimulai di paru-paru dan jika tidak diobati, dapat menyebar ke tulang," jelas Rini di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.

Kelumpuhan pada TB berat, seperti TB tulang belakang, bisa dicegah dengan imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG) sejak dini. "Imunisasi BCG mencegah TB berat dan diberikan pada anak usia 0-1 bulan melalui suntikan di lengan kanan atas," kata Rini. Setelah suntikan BCG, biasanya muncul benjolan mengeras yang disebut "scar BCG", yang akan memudar dalam beberapa minggu.

Imunisasi BCG dan polio sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit berbahaya. Pastikan bayi mendapatkan semua dosis imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal yang dianjurkan. Orang tua dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak guna mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai imunisasi yang efektif mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Cakupan imunisasi anak sempat menurun drastis pada 2021 akibat pandemi covid-19. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua di 27 provinsi. PIN polio tahap kedua ini dilakukan karena Indonesia masih dalam kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit polio sejak tahun 2022, khususnya di Papua. Target imunisasi polio kali ini adalah mencapai cakupan 95 persen untuk membentuk kekebalan kelompok.

"Cakupan imunisasi yang tinggi dapat mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun, jika cakupan menurun di bawah 60 persen, Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat muncul kembali," kata Ketua IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso. (ant)
 
 


Berita Lainnya