Opini

Kelas Menengah Turun Kelas Jadi Miskin, Ini Solusinya

Oleh: Musni Umar, Sosiolog

Musni Umar — Satu Indonesia
12 Oktober 2024 11:30
Kelas Menengah Turun Kelas Jadi Miskin, Ini Solusinya
Musni Umar

JAKARTA - Para pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa 77/78 kembali berdiskusi terbatas dengan tema "Kelas Menengah Turun Kelas Menjadi Miskin". Mereka merupakan mantan tahanan politik di era Orde Baru yang berhimpun di Forum Kampus Kuning, dalam rangka melanjutkan pengabdian terhadap bangsa dan negara, pada 11 Oktober 2024.

Diskusi terbatas ini diikuti Soekotjo Soeparto, Lukman Hakim, Musni Umar,  Jimmy Siahaan, Musfihin Dahlan, Indra Adil, dan Evert Matulessy yang bertempat di kawasan GBK, Jakarta.

Sata yang merupakan sosiolog senior mengemukakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Jumlah penduduk kelas menengah dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan drastis, dari 57,33 juta pada 2019 atau setara 21,45% dari total penduduk menjadi 47,85 juta orang atau setara 17,13% pada 2024 (Maret). Data BPS tersebut menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir, sebanyak 9,48 juta orang telah turun kelas (tempo.co., Rabu, 9 Oktober 2024 09:48 wib).

Bahayakan Indonesia

Dalam stratifikasi sosial ekonomi bahwa bangsa Indonesia setidaknya terbagi 4 golongan yaitu: 1) Upper Class (kelas atas) yang terdiri dari orang-orang kaya, penguasa dan pengusaha besar).

2) Middle Class (kelas menengah) terdiri dari pegawai pemerintah dan swasta, dosen, guru, petani berdasi, pensiunan dan pengusaha menengah.

3) Lower Class (kelas bawah) terdiri dari pengusaha kecil, mikro, pegawai tidak tetap, petani, nelayan, buruh  dan 4) Lower-Lower Class (kelas paling bawah) terdiri dari buruh serabutan, petani gurem, buruh kasar, pengemis di jalanan.

Sebanyak 9,48 juta orang, diperkirakan terus bertambah jumlahnya  akibat banyak industri tekstil dan industri manufaktur gulung tikar (bangkrut). Hal tersebut berdampak negatif bagi  banyak karyawan yang di PHK di (Putus Hubungan Kerja). Mereka otomatis turun kelas dari kelas menengah menjadi kelas bawah yang berarti menjadi orang miskin.

Menurut saya, turunnya kelas menengah menjadi lower class (kelas bawah) membahayakan Indonesia. Pertama, dari aspek ekonomi, semakin merosot daya beli masyarakat karena yang mempunyai daya beli kuat (purchasing power) adalah kelas atas dan kelas menengah. Besarnya jumlah kelas menengah turun kelas, dampak negatifnya daya beli masyarakat berkurang, dampak lanjutannya, industri mengalami kesulitan.

Cara paling mudah untuk mengatasi kesulitan yang dialami pengusaha adalah melakukan  pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. Itulah yang telah dan sedang terjadi di negara kita,  banyak industri yang tutup. Dampak negatif yang lain, pemerintah mengalami kesulitan menghimpun pajak, sebab yang mampu membayar pajak adalah perusahaan, kelas atas dan kelas menengah.

Kedua, aspek sosial. Kelas menengah turun menjadi kelas bawah menimbulkan banyak masalah. 1) bertambah jumlah orang miskin, 2)  meningkat jumlah pengangguran, 3)  perceraian meningkat, 4) gizi masyarakat merosot, 5) anak-anak usia sekolah terancam tidak bisa bersekolah, 6) kriminalitas meningkat.

Ketiga, aspek politik dan demokrasi. Merosotnya jumlah kelas menengah bisa menimbulkan gejolak politik  karena mereka yang susah hidupnya mudah dimobilisasi untuk melawan mereka yang sedang berkuasa.  Selain itu, menghancurkan demokrasi karena kelas menengah merupakan pilar utama Demokrasi. Bisa dikatakan tidak ada demokrasi tanpa kelas menengah.

Solusi

Menurut Lukman Hakim, Ketua LIPI 2010-2014, tidak banyak yang bisa dilakukan Forum Kampus Kuning untuk memperbaiki Indonesia. Akan tetapi sekecil apa pun kita harus berbuat.

Musfihin Dahlan yang pernah menjadi anggota DPR RI 2005-2010 menjelaskan bahwa jatuhnya kelas menengah menjadi kelas bawah karena kebijakan yang bias terhadap  rakyat. Kalau kebijakan yang dibuat pro rakyat, maka  hasilnya rakyat pasti maju dan sejahtera. 

Oleh karena itu, ke depan, harus dibuat kebijakan yang pro rakyat, jangan proimpor yang hanya menguntungkan pedagang (importir) dan penguasa. Untuk jamak diketahui, kalau  impor komisinya besar, kalau produksi sendiri tidak ada komisi.

Akan tetapi, kalau produksi sendiri segala macam kebutuhan memberi dampak positif bagi bangsa dan negara. 1) membuka  lapangan kerja, 2)  ekonomi di masyarakat menengah dan bawah bergerak, 3) kemakmuran dan kesejahteraan rakyat meningkat, 4)  kelas menengah bertambah jumlahnya karena rakyat mendapat penghasilan  dari hasil kerja, 5) pemerintah memperoleh pendapatan yang besar dari hasil pajak.

Musfihin menaruh harapan besar kepada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih karena dalam BNI Investor Daily Summit 2024, dia  mengemukakan beberapa hal mendasar untuk dilaksanakan  yaitu pemerataan, pemberantasan korupsi dan hilirisasi. Selain swasembada pangan dan swasembada energi.


Berita Lainnya