Features

Kebaya Adalah Jadi Diri Perempuan Indonesia

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
26 Juli 2024 09:30
Kebaya Adalah Jadi Diri Perempuan Indonesia
Model mengenakan busana kebaya bertema Merah Putih saat peragaan busana di tanggul Lapindo Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (13/8/2019). Peragaan busana kebaya tersebut untuk memeriahkan HUT ke-74 kemerdekaan RI. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/aww.

JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah menetapkan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional melalui Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2023. Penetapan ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan kebaya yang telah menjadi aset budaya berharga.

Kebaya, yang diwariskan turun-temurun di kalangan wanita Indonesia, telah menyatu dengan perjalanan hidup perempuan Indonesia. Menurut Dwi Woro Retno Mastuti, pengajar program studi Jawa di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, perkembangan kebaya saat ini sangat masif dan luar biasa. Hal ini didukung oleh ketersediaan bahan kebaya, keahlian desainer dalam berkreasi, dan aksesori yang melengkapi kebaya.

Dwi membandingkan kondisi sekarang dengan masa lalu, sekitar tahun 1950-an hingga 1990-an, di mana hanya dua jenis kebaya yang populer, yaitu kutubaru dan kebaya kartini. Kini, dengan meningkatnya pengguna hijab, model kebaya pun menyesuaikan untuk busana muslimah. Kebaya juga menjadi simbol kecantikan yang menampilkan sisi feminin perempuan dengan tampilan khas Jawa dan representasi Indonesia.

Budayawan asal Solo, Bambang Irawan, menambahkan bahwa kebaya telah berkembang sebagai bagian dari fesyen kontemporer baik di dalam maupun luar negeri. Tren berkebaya kini banyak dipakai sebagai busana kekinian, meskipun banyak pilihan gaya busana lainnya seperti Eropa, muslimah, Jawa, dan peranakan.

Dwi menyebutkan bahwa meski kebaya bisa beradaptasi dengan berbagai gaya, banyak perempuan yang belum sepenuhnya mencintai kebaya. Namun, dia tetap optimistis kebaya dapat dilestarikan dengan banyaknya pilihan mode yang bisa dipadukan dengan kebaya. Menurutnya, melestarikan kebaya menampilkan sisi feminin perempuan dan busana khas Jawa atau Indonesia, serta menjaga keberlanjutan fesyen khas Indonesia.

Bambang juga menyatakan kebaya adalah identitas budaya Nusantara yang perlu dilestarikan untuk menjaga perkembangannya di masa depan.

Dunia Fesyen
Kebaya yang populer di masyarakat meliputi kutubaru dengan ciri khas stagen dari Jawa Tengah, kebaya encim dengan pengaruh peranakan dan Betawi, kebaya kartini, kebaya labuh dari Riau, dan kebaya noni dari masa kolonial Belanda.

Penata gaya Hagai Pakan mengatakan bahwa perempuan saat ini telah menghargai kebaya sebagai "pakaian perempuan Indonesia". Hal ini terlihat dari banyaknya publik figur yang sering memakai kebaya dalam kegiatan sehari-hari, bukan hanya untuk acara formal. Kebaya menjadi fashion item yang bisa dipadukan dengan gaya lain, asalkan menghargai sejarah dan aturan tidak tertulis dari kebaya itu sendiri.

Hagai menekankan bahwa kebaya dapat menjadi fleksibel dan tidak harus kaku, bisa dipakai di acara yang tepat dengan kombinasi gaya yang nyaman bagi penggunanya. Modifikasi model dan motif kebaya juga diperbolehkan selama tidak menghilangkan esensi kebaya sebagai pakaian tradisional.

Kesadaran Berkebaya
Untuk mempertahankan eksistensi kebaya, Dwi mengatakan perlu ada tokoh kebaya yang menjadi panutan, seperti Tien Soeharto yang selalu bangga memakai kebaya dalam berbagai kesempatan. Selain itu, acara yang mewajibkan peserta memakai kebaya dan festival di kalangan sekolah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebaya.

Peran komunitas daerah juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat berkebaya. Meskipun hanya gerakan kecil, upaya ini harus konsisten dan berkomitmen tinggi untuk menjaga kebaya sebagai busana khas Indonesia. Komunitas harus memahami dan menggali pengetahuan mengenai kebaya, tidak sekadar pamer berkebaya.

Hagai juga menambahkan bahwa figur publik dapat mencontohkan padu padan kebaya yang lebih fashionable dan nyaman. Kebaya bisa dipadukan dengan celana jins, sneakers, atau ankle boots untuk kesan santai namun elegan. Atasan kebaya tidak harus selalu kain yang dililit, tetapi juga bisa dipadukan dengan kain dari daerah lain seperti kain Timor, kain Bali, atau kain klasik Jawa.

Dengan memahami dan mengenal esensi kebaya, perempuan Indonesia akan semakin banyak menggunakan kebaya, menjadikannya bagian dari keseharian mereka, bukan sekadar kostum. (ant)


Berita Lainnya