Opini
Harapan Publik Terhadap Presiden Prabowo Sangat Tinggi: Kita Disalip Vietnam dan Negara Lain
Oleh Musni Umar, Sosiolog
PADA 21 Januari 2025, Forum Aliansi Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (FAAHMI) yang dipimpin Abdul Malik bersilaturahmi dengan Ridwan Kamil yang populer dengan panggilan akrab Kang Emil.
Dalam silaturahmi tersebut muncul tukar pandangan terhadap perkembangan terkini Indonesia. Saya ditanya tentang kepemimpinan Presiden Prabowo yang genap 100 hari memimpin Indonesia? Saya jawab, persepsi publik terhadap kepemimpinan Prabowo sangat tinggi. Tingginya persepsi publik tersebut mencerminkan tingginya harapan
publik terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo.
Persepsi publik yang tinggi itu, secara bertahap akan meredup seiring dengan perjalanan waktu, jika masalah yang dihadapi bangsa dan negara yang diucapkan Presiden Prabowo dalam pidato dihadapan Sidang Istimewa MPR RI pasca pelantikan 20 Oktober 2024 seperti masalah korupsi, kemiskinan, swasembada pangan dan energi, sumberdaya manusia dan lain-lain, hanya diwacanakan - tidak dilaksanakan.
Kabinet Presiden Prabowo
Untuk memenuhi harapan Publik yang sangat tinggi terhadap Presiden Prabowo, menurut saya harus dilakukan 5 hal. Pertama, diseleksi kembali supaya semua pembantu Presiden (menteri, wakil menteri dan kepala badan) tegak lurus kepada Presiden Prabowo.
Publik melihat, masih ada yang loyalitas ganda, tidak 100 persen ke Presiden Prabowo.
Kedua, semua pembantu Presiden di evaluasi kinerjanya dalam melaksanakan Asta Cita, karena publik menunggu realisasinya.
Ketiga, penting melakukan konsolidasi di seluruh lini kekuasaan agar pemerintahan semakin solid, kuat, kukuh dan bersatu.
Keempat, dalam pemberantasan korupsi, pihak yudikatif sangat mendesak ditertibkan. Sebaiknya Presiden Prabowo selaku kepala negara berdialog dengan ketua Mahkamah Agung (MA) untuk membenahi para hakim.
Kelima, seluruh masyarakat madani dan modal sosial seperti pers, ormas, perguruan tinggi, dan seluruh kekuatan masyarakat harus bersatu mengawal jalannya pemerintahan. Kalau benar didukung, kalau salah - tidak mewujudkan keadilan dan kemakmuran seluruh rakyat, maka harus dikoreksi dan diluruskan.
Kalah dari Vietnam
Salah satu permasalahan yang dikemukakan Kang Emil dalam silaturahmi dengan Forum Aliansi Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (FAAHMI) yang baru pulang dari Vietnam, ada apa Indonesia bisa disalip oleh vietnam dan negara lain
Vietnam yang merdeka 2 September 1945, pernah dilanda perang kemerdekaan, kemudian perang melawan Amerika Serikat yang berlangsung 1957-1975. Perang ini merupakan imbas dari perang dingin antara Amerika Serikat vs Uni Soviet.
Vietnam baru mulai membangun sekitar tahun 1980. Akan tetapi, dalam waktu singkat, Vietnam yang sekitar 86 persen tidak beragama, telah maju meninggalkan Indonesia. Kang Emil mengemukakan Vietnam mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia sebesar 7,09%. Punya mobil nasional yang berseliweran dimana-mama. Vietnam juara sepak bola AFC (Asian Football Confederation).
Pertanyaannya, mengapa kita tidak bisa? Kang Emil "jangan-jangan keputusan-keputusan terbesar bangsa ini belum seharusnya bertujuan Indonesia adil makmur".
Sebagai sosiolog dan akademisi, saya menaruh harapan besar, Indonesia dibawah Presiden Prabowo akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemberantasan korupsi akan berjalan efektif, swasembada pangan dan energi akan terwujud, kemiskinan secara signifikan akan berkurang, mobil nasional akan menjadi kenyataan serta keadilan dan kemakmuran semoga menjadi kenyataan.