Opini
Dua dan Tiga Nama di Kantong Anies
MENGAMATI perkembangan dan dinamika politik terkait Pilpres 2024, semakin menarik. Jika awalnya saya sangat yakin, bahwa Bacawapres pilihan Anies Baswedan adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), setelah menyimak komentar sejumlah pengamat politik, membuat saya sedikit kurang yakin. Nama Pak Gatot Nurmantyo (GN), seakan ikut menyodok ke atas, jadi Bacawapres kuat dari kalangan oposisi. Namun belakangan, muncul pula nama Yeni Wahid, anak Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Sebelum menguat nama Yeni Wahid, dua nama di atas memang paling ideal sebagai Bacawapres Anies Baswedan, untuk kontestasi 2024. Keduanya sama-sama dari kalangan militer, yang masih didambakan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Karena dianggap tegas dan berani dalam memimpin.
Lima kriteria dari Anies, dan diamini oleh partai pengusung, kemungkinan sudah dimiliki oleh kedua sosok ini.
Agus Harimurti Yudhoyono
Sosok perwira militer yang cerdas, masih muda, mendapat pendidikan sangat baik, dengan karir cemerlang, namun purna tugas lebih cepat (pensiun dini) dari kemiliteran.
Kekurangannya, AHY belum sempat meraih pangkat tertinggi di kemiliteran. Walaupun, dengan kualitas, kapasitas, dan latar belakangnya, AHY salah satu perwira yang potensial mencapai karir tertinggi di kemiliteran RI. Jadi, AHY belum terlalu familiar dengan para petinggi (dan mantan petinggi) serta keluarga besar TNI pada umumnya, baik yang masih aktif ataupun sudah purna tugas.
Beberapa kelebihannya, AHY adalah ketua dari salah satu partai besar, yang mempunyai mesin politik, garis komando, dan pendukung sampai ke seluruh pelosok Indonesia. Dan partai ini menjadi salah satu KUNCI, dari keberlanjutan pencapresan Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Sebagai salah satu Bacawapres potensial, popularitas AHY relatif lebih tinggi dibandingkan yang lain, dan lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Dengan usia yang lebih muda dari Bacapres, akan mengurangi ewuh pakewuh dalam relasi pribadi, serta dapat menjadi penerus kepemimpinan di masa mendatang, apabila keduanya dianggap berhasil dalam memimpin.
Juga yang perlu diingat, AHY adalah putra seorang jenderal, dan mantan presiden RI. Ini akan menjadi "penyambung" yang efektif, antara AHY dengan kalangan (keluarga besar) TNI secara umum. SBY adalah mantan Presiden, yang tentu punya pengalaman empiris dalam memenangkan kontestasi Pilpres. Strategi yang mumpuni, dan jaringan yang luas, serta kekuatan finansial yang tentu bukan kaleng-kaleng, tentu modal yang kuat untuk menghantarkan putranya, meraih jabatan nomor dua, bahkan nomor satu, nantinya di RI.
Rekam jejak AHY di kemiliteran yang relatif singkat, yang banyak dihabiskan dalam dunia pendidikan, juga menjadi keuntungan tersendiri. AHY belum banyak terkontaminasi dengan sisi kurang baik dari oknum aparat keamanan yang kadang jadi backing kegiatan ilegal. Dengan latar belakangnya sebagai putra petinggi TNI bahkan akhirnya jadi presiden, AHY tidak perlu sokongan dari oknum pengusaha atau oligarki, untuk mencapai prestasi dan posisi yang baik di kemiliteran.
Gatot Nurmantyo
GN adalah putra seorang perwira menengah TNI, yang berhasil mencapai karir tertinggi di kemiliteran RI. Tentu prestasi dan kapasitas Beliau sudah tidak diragukan lagi. GN menjadi Panglima TNI pada 8 Juli 2015, hingga 8 Desember 2017, pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Sosok ini dikenal cerdas, tegas dan berani, serta sangat dikenal di masyarakat, terutama di kalangan TNI. Namun mengenal belum berarti mendukung. Dalam beberapa survei, popularitas GN relatif masih biasa-biasa saja.
GN sudah sangat berpengalaman dan banyak makan asam garam, dalam dunia militer dan kemasyarakatan. Saat jadi pimpinan TNI, banyak hal positif yang sudah beliau lakukan, yang kadang agak kontroversial, karena berseberangan dengan kepentingan instansi lain, bahkan mungkin pimpinannya, dalam hal ini presiden.
Pada 2020, GN menjadi salah satu deklarator dan kemudian sebagai Ketua Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), ormas yang menempatkan posisinya sebagai oposisi non parlemen. Selama ini, KAMI dan GN secara pribadi, dikenal berani melontarkan kritik keras kepada pemerintah.
Namun dengan adanya perkembangan terbaru, mengenai kriteria nomor 0, selain lima kriteria yg sudah diketahui publik yang disampaikan Sudirman Said, seakan mengubah konstelasi komposisi Bacapres-Bacawapres yang sudah diprediksi, atau diestimasi oleh masyarakat secara umum. Kriteria atau syarat tambahan (nomor 0), memancing spekulasi dan prediksi baru.
Isyarat atau petunjuk dari Sudirman Said, tokoh yang saat ini dikenal sangat dekat dengan Anies, dan menjadi anggota tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan, sekaligus juru bicara Anies,
Berani melangkah, dan sudah melakukan aksi nyata. Ini seakan mengarah pada sosok GN, dengan gerakan dan manuver-manuver beliau akhir-akhir ini. Serta makin dikuatkan dengan orasi kebangsaan GN, yang diadakan sehari sebelum keberangkatan Pak Anies ke tanah suci. GN dengan berani mengkritik dan menentang keras keinginan rezim, untuk mengupayakan pasangan capres dan cawapres RI 2024, hanya dua pasang (all jokowi's men).
Namun AHY tidak dapat dikatakan tidak berani melangkah dan bergerak, atau dianggap hanya diam menunggu. Selama ini AHY dan partainya sudah dibujuk, bahkan di-aduk-aduk hingga babak belur, agar tidak mendukung pencapresan Anies.
Untuk berkampanye dan melibatkan partai secara masif, memang belum terlihat. Namun hal ini dapat dipahami, karena posisi partai masih belum aman, rentan dari upaya penjegalan oleh Mdk and the gang. Mungkin juga terkait faktor desakan agar AHY jadi Bacawapres, serta cepat dideklarasikannya pasangan Bacapres dan Bacawapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, membuat AHY dan partainya belum masif mengadakan pergerakan.
Sedangkan clue, "ada calon yang masih menunggu restu dari bapaknya", seakan mengarah ke AHY. Namun clue bahwa ada sosok yang tidak mau ditemui atau bertemu, kemungkinan besar bukan AHY. Mungkin mengarah ke sosok yang lain. Karena AHY sering terlihat kebersamaannya dengan Anies.
Bahkan, saat Anies beserta keluarga berangkat menunaikan ibadah haji, 22 Juni 2023 lalu, hanya AHY, ketua partai pengusung yang sekaligus kandidat Bacawapres Anies, mengantar Anies sampai bandara secara langsung.
Kita tidak tahu, apakah clue tentang kriteria atau syarat nomor 0 ini real, atau sekedar pengecoh, untuk membingungkan publik. Menambah misteri,terhadap misteri yang sudah hampir terbaca oleh publik.
Seperti yang disampaikan Sudirman Said, misteri adalah power.
Bukan tidak mungkin, clue ini untuk menguatkan misteri siapa satu nama, sosok Bacawapres di kantong Anies.
Apapun itu, dengan melihat profil, latar belakang serta rekam jejak GN dan AHY, saya sangat respek terhadap mereka berdua. Namun dengan menimbang semua aspek yang ada, saya tetap yakin, satu nama Bacawapres yang ada di kantong Anies, adalah AHY. Wallahu A'lam bishowab. (penulis adalah wartawan satuindonesia.co)