Kesehatan
Daun Pepaya Tingkatkan Trombosit Pasien DBD
JAKARTA - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, MSi., mengungkapkan ramuan dari daun pepaya segar dapat digunakan sebagai terapi tambahan bagi pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk membantu meningkatkan jumlah trombosit.
"Bisa diracik sendiri atau jika tidak ingin merasakan rasa pahitnya, dapat diminum dalam bentuk ekstrak kapsul yang tersedia di apotek atau toko herbal," ungkapnya saat dihubungi di Jakarta, Senin. Pada kondisi normal, manusia memiliki jumlah trombosit sekitar 150.000-400.000 per mikroliter. Namun, virus DBD dapat menurunkan jumlah trombosit hingga di bawah 150.000 mikroliter, menyebabkan risiko mudah memar dan perdarahan yang sulit berhenti.
Dr. Tania menjelaskan bahwa berbagai data penelitian, baik in vitro maupun uji klinis, menunjukkan bahwa daun pepaya memiliki manfaat dalam meningkatkan kadar trombosit secara signifikan pada pasien DBD. Untuk membuat ramuan ini, dibutuhkan sekitar 50 gram daun pepaya segar, lebih baik jika menggunakan daun pepaya muda. Daun pepaya diiris kasar dan ditumbuk dengan 50 mililiter air matang.
"Idealnya, daun pepaya ditumbuk agar tidak merusak serat, nutrisi, dan senyawa aktif di dalamnya," tambahnya. Setelah ditumbuk, saring dan peras daun. Untuk mengurangi rasa pahit, tambahkan sekitar 1,5 hingga 2 sendok teh madu ke dalam hasil perasan daun.
Pasien disarankan untuk minum 30 ml ramuan daun pepaya setelah makan, tiga kali sehari, hingga kondisinya pulih sepenuhnya. Selain meningkatkan trombosit, daun pepaya juga dapat membantu memperbaiki pencernaan dan nafsu makan pasien DBD karena mengandung enzim papain seperti buah pepaya. Daun ini juga mengandung senyawa aktif seperti polifenol, flavonoid, dan asam fenolik yang bersifat antioksidan serta dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Jumlah kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, mencatat hingga 19 Februari 2024, terdapat 627 kasus DBD dengan rasio indeks DKI Jakarta sebesar 5,57 per 100.000 penduduk.
Ani menjelaskan kelembapan tinggi dan peningkatan curah hujan berpotensi meningkatkan vektor penular DBD, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian penyebab DBD secara masif melalui partisipasi masyarakat pada tujuh tatanan, termasuk permukiman, perkantoran, institusi pendidikan, tempat-tempat umum, tempat pengelolaan makanan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas olahraga.
Ani juga telah menginstruksikan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta untuk melakukan deteksi dini dan penanganan kasus DBD sesuai standar, serta menyiapkan ruang rawat dan logistik untuk perawatan pasien. "Seluruh fasilitas kesehatan di Jakarta siap melayani masyarakat jika terjadi kasus DBD," ujarnya. (ant)