Kesehatan

Banyak Pasien Gangguan Irama Jantung Usia Produktif 

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
17 Agustus 2024 11:30
Banyak Pasien Gangguan Irama Jantung Usia Produktif 
Ilustrasi memeriksa nadi sendiri

JAKARTA - Guru besar di bidang aritmia dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, menyatakan atrial fibrilasi (AF) atau gangguan irama jantung masih banyak dialami oleh pasien di Indonesia pada usia produktif, yaitu sekitar 40 hingga 65 tahun.

"Pasien AF kita paling tinggi di usia 40 sampai 65 tahun. Ini berarti mereka berada di puncak karier dan menjadi kepala keluarga. Bayangkan jika mereka mengalami stroke," kata Yoga dalam pemaparannya mengenai hubungan antara aritmia jantung dan stroke di RS Siloam TB Simatupang Jakarta. Yoga menjelaskan data World Health Organization (WHO), usia 40-60 tahun masih dianggap muda, dibandingkan dengan data global di mana AF umumnya terjadi pada usia 60 tahun ke atas.

Dia juga menyebutkan atrial fibrilasi merupakan penyakit yang terkait dengan usia, sehingga semakin tua seseorang, risiko mengalami atrial fibrilasi dan stroke semakin tinggi. Contohnya, di Amerika Serikat, prevalensi AF pada usia 60 tahun ke atas sekitar 0,2-2 persen, sementara pada usia 80 tahun ke atas meningkat hingga 40 persen.

"Bukan hanya dokter dan perawat yang kerepotan, tetapi juga keluarga pasien. Beban sosial yang diakibatkan oleh stroke sangat besar, dan ini baru dari aspek AF, belum lagi stroke yang disebabkan oleh faktor lain," ujar Yoga. Yoga juga menambahkan bahwa sekitar 46 persen kasus atrial fibrilasi tidak menunjukkan gejala khas atau bersifat asimptomatik, dan hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan dokter atau skrining EKG. Sebanyak 60 persen pasien AF yang tidak bergejala diketahui mengalami stroke.

Oleh karena itu, Yoga menganjurkan agar rumah sakit dan tenaga kesehatan menyediakan skrining secara oportunistik atau sistematik agar masyarakat dapat mengetahui risiko atrial fibrilasi. "Skrining oportunistik misalnya seperti yang dilakukan di RS Siloam minggu lalu, di mana mereka membuka stand di lobi rumah sakit untuk pemeriksaan EKG yang sederhana dan gratis, sehingga bisa mendeteksi adanya aritmia," jelasnya.

Namun, Yoga lebih menyarankan deteksi secara sistematik, yaitu pemeriksaan yang lebih mendalam dengan fokus pada deteksi atrial fibrilasi dan kemungkinan penyakit jantung, khususnya bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas, sebagaimana disarankan oleh Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS). "Ayo kita lakukan skrining, jangan sampai kita tidak mengetahui bahwa kita memiliki AF. Jangan sampai kita baru menyadari AF setelah terlambat," ajak Yoga. (ant)


Berita Lainnya