Laporan Haji 2023

Astagfirullah! Terlantar di Muzdalifah, Tenda Mina Kurang, Kemenag Salahkan Mashariq

Maudy Alvi — Satu Indonesia
29 Juni 2023 20:57
Astagfirullah! Terlantar di Muzdalifah, Tenda Mina Kurang, Kemenag Salahkan Mashariq
BUKAN IKAN KEMBUNG REBUS - Jamaah haji di Mina harus tidur berdesak-desakan. Masih ada yang di luar tenda bahkan di majsid, karena tidak kebagian kasur. (foto: Maudy Alvi)

MINA - Upaya Pemerintah Indonesia untuk memberikan layanan terbaik bagi jamaah haji Indonesia, akhirnya ‘jebol’ di Muzdalifah dan Mina. Usai melaksanakan mabit di Muzdalifah, jamaah haji Indonesia terlantar hingga 10 jam menunggu Bus Taraddudi untuk mengangkut jamaah ke Mina yang tak kunjung datang, karena alasan jalanan macet. 

“Kami seharusnya diangkut pukul dua hingga pukul tiga dini hari, tapi baru terangkut pukul 7 pagi waktu setempat,” lapor wartawan satuindonesia.co, Maudy Alvi yang yang tergabung dalam haji reguler kloter JKG 40, Kamis (29/6/2023).

Disebutkan, untuk angkutan jamaah dari Muzdalifah ke Mina, satu kloter saja memerlukan waktu 2 jam. Sementara satu maktab ada 8 kloter. “Kasihan jamaah yang terakhir diangkut. Sampai 10 jam terlambatnya,” lapor Alvi.

Persoalan tak sampai di situ. Setelah tiba di Mina, ternyata banyak jamaah yang tak mendapat kasur. Khusus kloter JKG 40 saja, kekurangan 49 kasur. “Seharusnya itu satu tenda lagi. Kurang 49 kasur,” ujar Alvi.

LORONG SAMPAH - Jamaah tampak lelah, harus duduk di kursi roda, di tengah sampah yang menumpuk. )foto: maudy alvi)

Situasi diperparah lagi dengan terjadinya tarik menarik antara kepentingan kelompok jamaah haji yang berangkat bersama yayasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) dengan jamaah mandiri (tanpa yayasan). Ketika jamaah mandiri bersedia menempati dua kasus untuk tiga jamaah, ternyata pihak yayasan KBIHU tidak mau jamaahnya tidur berdesak-desakan. 

“Situasi jadi camuh. Akhirnya banyak jamaah yang memilih istirahat di luar, di tengah panas terik 42 derajat celcius. Bahkan ada yang tidur di masjid,” lapor Alvi.

Kemudian, untuk ke toilet pun harus antri lama, karena jumlah toiletnya yang tidak mencukupi. “Numpuk persoalan. Toilet antrean panjang. Yang perempuan masuk ke toilet laki-laki, karena sudah gak tahan ngantre. Kasihan,” lapor Alvi.

Ibu Alvi sendiri sudah dalam kondisi lemah sejak di Arafah. Sempat mendapat infus untuk pertolongan pertama, agar mampu melanjutkan prosesi ibadah hajinya. “Kasihan ibu saya. Kondisi lemah saat baru tiba di Arafah kemarin, mendapat infus. Saya salut dengan kerja petugas haji, respect saya,” kata Alvi.

Tim medis menurut Alvi kerjanya cukup berat, karena sudah mulai persoalan kesehatan pada jamaah sejak dari Arafah, lanjut Muzdalifah hingga Mina. “Kondisi jamaah pada lemah. Capek, panas, kelamaan menunggu di Muzdalifah. Tiba di Minah nggak bisa langsung istirahat. Ini siap-siap lagi mau pelontaran jumrah,” ujar Alvi. 

Selain urusan kasur dan tenda, makanan pun terlambat tiba di Mina. Hanya ada minuman, sementara makanan harus menunggu lama. Jatah makan yang harusnya sudah 3 kali, baru diterima untuk 1 kali makan. Setelah itu, dua paket makanan lainnya digabung jadi satu. 

Ketika makanan tiba di tenda-tenda, masih harus menunggu giliran. Alhasil, yang sudah mendapatkan makanan terlebih dahulu, rela membagikan makanannya kepada jamaah. “Nggak sedikit jamaah yang mau berbagi, 1 kotak dimakan untuk berdua,” ujar Alvi. 

SABAR EKSTRA TINGGI - Jamaah perempuan harus masuk ke toilet laki-laki, karena tak tahan harus antre lama. (foto: maudy alvi)

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief mengakui situasi tersebut. Dalam keterangan persnya di Mina, Rabu (28/6/2023), ia menyesalkan kelambanan Mashariq dalam menyiapkan layanan jemaah haji di Muzdalifah dan Mina.

Mashariq merupakan singkatan dari Motawif Pilgrims for Southeast Asian Countries Co. Dia merupakan perusahaan yang menyediakan layanan haji lengkap untuk 130.000 jemaah dari Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, dan Filipina selama musim haji 2023.

Masih menurut Hilman Latief, proses pemberangkatan jamaah dari Muzdalifah ke Mina mengalami keterlambatan, distribusi makanan yang terlambat, serta kasur yang kurang di Mina. "Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina," tegas Hilman.

Ia berjanji akan mengawal penuntasan persoalan ini. “Kita akan terus kawal ini, agar Mashariq bergerak lebih cepat dalam penyiapan layanan bagi jemaah haji," lanjutnya.

Protes keras disampaikan ke Mashariq, lanjut Hilman, karena penyediaan layanan di Arafah - Muzdalifah - Mina (Armina) sepenuhnya menjadi tanggung jawab Mashariq. Mekanisme ini juga dilakukan oleh semua negara, proses penyediaan layanan dalam skema kemitraan dengan otoritas Mashariq.

"Jadi di Armina, sepenuhnya penyediaan layanan dilakukan Mashariq. Karenanya, kita minta agar semua hak jemaah haji Indonesia bisa diberikan dengan baik," tegasnya.

Hilman minta Mashariq dapat mengambil keputusan cepat dalam mengantisipasi setiap potensi munculnya masalah. Sehingga, potensi yang ada bisa segera diselesaikan dan tidak merugikan jamaah.

"Mashariq tentu tahu kalau Indonesia adalah jemaah haji terbesar. Mestinya ada skema mitigasi yang lebih komprehensif dan cepat," jelasnya.

Hilman mengakui bahwa ruang yang tersedia di Mina bagi jemaah haji sangat terbatas. Setiap jamaah, hanya mendapat ruang pada kisaran 0,8 m2. Namun, kondisi yang semacam ini memang terjadi setiap tahun, sejak puluhan tahun lalu.

"Bahkan, ijtihad ulama dalam menetapkan Mina Jadid menjadi bukti bahwa sempitnya ruang Mina sudah dirasakan dan menjadi diskursus sejak dulu," sebut Hilman. (*)


Berita Lainnya