Gaya Hidup

Waspadai Anak Pilih-Pilih Makanan Berdampak Buruk pada Tumbuh Kembang

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
19 Juli 2024 09:00
Waspadai Anak Pilih-Pilih Makanan Berdampak Buruk pada Tumbuh Kembang
Ilustrasi anak picky eater

JAKARTA - Nutrisionis Rawat Inap Anak dari Rumah Sakit RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kiara Jakarta, Ariek Ratnawati, S.Gz, menyatakan picky eater atau kebiasaan anak memilih-milih makanan dapat berdampak buruk pada tumbuh kembangnya.

“Makanan yang monoton atau itu-itu saja tentu dikhawatirkan membuat anak kekurangan zat gizi tertentu yang seharusnya bisa didapatkan dengan variasi makanan lainnya,” kata Ariek Ratnawati, S.Gz di Jakarta. Ariek menjelaskan bahwa picky eater dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kurangnya eksplorasi pada makanan, masalah pada kemampuan makan (oromotor) anak, atau gangguan sensorik lainnya. Selain itu, kondisi lingkungan seperti orang tua yang tidak menyukai beberapa jenis makanan tertentu juga bisa menjadi penyebab, karena orang tua akan jarang atau tidak memperkenalkan makanan tersebut sama sekali.

Menurut Ariek, berbagai penyebab tersebut dapat berbahaya bagi kelengkapan asupan gizi anak yang menunjang tumbuh kembangnya. Jika berlanjut, daya tahan tubuh anak akan menurun dan ia mudah terkena penyakit. “Mungkin anak suka makan nasi dan telur setiap hari tanpa buah atau sayur. Dari segi karbohidrat dan protein mungkin sudah terpenuhi, namun vitamin dan mineral bisa kurang,” ujarnya.

Perilaku tersebut juga dapat menjauhkan anak dari makanan jika perhatiannya beralih kepada gawai atau program televisi yang ditonton. Oleh karena itu, Ariek menekankan pentingnya memperkenalkan makanan bervariasi dari segi jenis dan zat gizi secara bertahap, melatih kemampuan makan, serta memantau tumbuh kembang anak dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bila anak kurang dari dua tahun.

“Kita bisa kembali ke aturan makan yang diterapkan, apakah sudah konsisten atau belum. Bisa kita siasati dengan makan dan minum susu yang terjadwal,” kata dia. Orang tua yang ingin melatih kemampuan makan anak dapat memulai dengan membantu anak mengeksplorasi makanannya, seperti memberikan makanan bertekstur atau rasa baru, atau memberikan kesempatan menyuap makanan dengan sendok lain.

Untuk mengurangi tekanan di meja makan, orang tua dapat meningkatkan nafsu makan anak dengan menciptakan suasana yang menyenangkan, seperti mengajak anak bernyanyi atau mengobrol. “Tetapi yang jelas, pastikan anak makan dan minum sambil duduk serta minim distraksi seperti gadget atau TV,” kata Ariek.

Ariek juga menjelaskan bahwa picky eater adalah kondisi di mana anak hanya memakan makanan yang monoton dan dikhawatirkan mengalami kekurangan zat gizi tertentu jika berlanjut dalam jangka waktu lama. Perilaku ini tidak selalu terjadi pada masa awal pengenalan Makanan Pendamping ASI (MPASI), tetapi juga bisa terjadi pada anak usia toddler yakni 19 bulan hingga tujuh tahun. Hal ini masih dianggap wajar jika anak bisa mengonsumsi lebih dari 15 jenis makanan dan menghabiskannya bersama keluarga.

Namun, jika anak makan kurang dari 15 jenis makanan, menghindari tekstur atau jenis makanan secara menyeluruh, tersedak saat melihat atau menyentuh makanan, serta tantrum, Ariek mengimbau orang tua segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk konsultasi lebih lanjut terkait status gizi dan penyebab pastinya. (ant)
 
 


Berita Lainnya