Bisnis

Tukang Durian di NKRI Gak Sempat Ekspor, 90 Persen untuk Konsumsi Domestik

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
02 Juni 2024 12:00
Tukang Durian di NKRI Gak Sempat Ekspor, 90 Persen untuk Konsumsi Domestik
Pedagang durian menunggu pembeli di salah satu ruas jalan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (2/4/2023). Durian yang berasal dari sejumlah daerah di Sulteng tersebut sebagian besar hanya bisa dijual di pasar lokal dan regional karena terkendala sertifikat kesehatan yang diterbitkan melalui Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) untuk menembus pasar ekspor. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/YU

JAKARTA - Sebagai produsen durian terbesar di dunia, Indonesia ternyata hanya menempati peringkat ke-5 dalam volume ekspor di Asia Tenggara. Sebagian besar produksi durian, sekitar 90 persen, digunakan untuk konsumsi domestik, meskipun pasar ekspor masih terbuka lebar.

Ahli botani Inggris, Alfred Russel Wallace, menjuluki durian (Durio zibethinus) sebagai "raja buah." Cita rasa durian yang unik, perpaduan antara manis dan pahit, membuat banyak orang menyukainya. Konsumsi durian di Indonesia terus meningkat, dengan rata-rata konsumsi per kapita mencapai 1,031 kg per tahun pada 2023, dan pernah melonjak hingga 2,372 kg per kapita per tahun pada 2020.

Menurut Dr. Mohamad Reza Tirtawinata dari Yayasan Durian Nusantara, survei sederhana menunjukkan 52 persen masyarakat Indonesia menyukai durian terutama jika gratis, 28 persen penggemar sejati meski harga mahal, 8 persen maniak, dan hanya 12 persen yang membenci durian karena aromanya.

Indonesia memproduksi 1.370.000 ton durian pada 2022, menjadikannya produsen terbesar di Asia Tenggara dan dunia. Namun, 85 persen durian Indonesia tumbuh secara alami, menyebabkan kualitas buah yang bervariasi. Durian Indonesia memiliki keunggulan dalam hal keragaman varietas dan musim panen yang bervariasi di setiap daerah. Ada 114 varietas durian unggul yang telah dirilis, dengan beberapa varietas terkenal seperti namlung petaling, matahari, dan pelangi atururi.

Produksi durian meningkat 71 persen dari 795.200 ton pada 2017, sementara luas area produksi meningkat 231 persen. Sentra produksi utama berada di Kabupaten Pasuruan, Malang, Parigimoutong, Tapanuli Selatan, dan Lombok Barat. Namun, hanya 6 persen dari produksi durian Indonesia yang diekspor. Thailand dan Tiongkok mendominasi perdagangan durian global, dengan Thailand sebagai eksportir terbesar dan Tiongkok sebagai importir terbesar. Pada 2022, nilai ekspor durian Thailand mencapai 3,199 miliar dolar AS.

Menurut Asosiasi Eksportir Importir Buah-buahan dan Sayuran Segar Indonesia, setiap 1 persen kenaikan konsumsi durian di Tiongkok dapat meningkatkan penjualan durian sebesar 1,7 miliar dolar AS. Pada 2023, Tiongkok menghabiskan 6,7 miliar dolar AS untuk durian.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan bisnis durian, terutama dalam bidang agrowisata. Setiap Pusat Agrowisata Durian (Durian Agrotourism Centre, DAC) dapat menarik wisatawan dengan varietas unggul dan karakteristik unik daerah setempat. Ini memberikan kesempatan bagi sentra-sentra durian untuk berkembang dan menarik pengunjung lokal maupun internasional.

Namun, pengembangan bisnis durian juga menghadapi berbagai tantangan seperti anggaran, sumber daya manusia, dan teknik budi daya. Negara perlu mendukung riset terkait durian, membuat regulasi yang mendukung, dan memfasilitasi produksi agar lebih maksimal. Kerja sama antara peneliti, akademikus, dan petani sangat penting untuk menggarap potensi pasar durian yang besar. (ant)
 
 


Berita Lainnya