Internasional

Tragedi di Jenin: Jurnalis Palestina Shatha al-Sabbagh Tewas Ditembak Sniper PA

Mulyana — Satu Indonesia
30 Desember 2024 22:50
Tragedi di Jenin: Jurnalis Palestina Shatha al-Sabbagh Tewas Ditembak Sniper PA
Shatha al-Sabbagh (22), jurnalis muda Palestina yang tewas ditembak di luar rumah keluarganya di Jenin (Foto: Istimewa)

PALESTINA – Shatha al-Sabbagh (22), seorang jurnalis muda Palestina, tewas ditembak dengan sadis di luar rumah keluarganya di Jenin, Tepi Barat, Sabtu malam (28/12/24). Insiden ini memicu kecaman luas, terutama karena pelaku diduga adalah penembak jitu dari pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA).

Keluarga al-Sabbagh menyatakan bahwa Shatha, yang juga seorang mahasiswa jurnalisme, ditembak di kepala saat meninggalkan rumah bersama ibu dan dua anak kecilnya. Tidak ada pertempuran atau aktivitas militan di sekitar lokasi kejadian, yang berada sepenuhnya di bawah kendali PA.

Kronologi Penembakan
Menurut Suhaib al-Mura'i, kakak ipar Shatha, sniper PA menembaknya dari sebuah rumah yang telah diubah menjadi pos militer.

"Shatha bersama ibu, saudara perempuan, dan dua anak kecil. Mereka semua mengenakan mukena, terlihat jelas oleh sniper penjajah Israel. Namun, penembakan tetap dilakukan dengan sengaja dan tanpa alasan," ujar Suhaib.

Ia menambahkan bahwa meski ada seruan dari tetangga untuk menghentikan penembakan, sniper terus menembak, mencegah siapa pun mendekati Shatha setelah ia tertembak.

Tanggapan Keluarga dan Kecaman Publik
Keluarga al-Sabbagh mengeluarkan pernyataan keras, menuduh PA bertindak represif terhadap rakyatnya sendiri alih-alih melindungi mereka dari penjajahan Israel.

"Kejahatan ini menunjukkan penyimpangan berbahaya pasukan keamanan PA, yang kini malah menargetkan warga Palestina," bunyi pernyataan tersebut. Keluarga mendesak organisasi hak asasi manusia untuk menyelidiki kasus ini dan mengambil langkah konkret melindungi warga sipil.

Respons PA dan Hamas
PA mengklaim bahwa penembakan dilakukan oleh "militan" dan berjanji untuk menyelidiki insiden tersebut. Namun, Hamas menuding PA bertanggung jawab atas pembunuhan ini, menyebut tindakan tersebut sebagai pembunuhan "disengaja" dan "berdarah dingin".

Hamas juga menyoroti bahwa Shatha adalah saudara perempuan Mutasim Sabbagh, seorang pejuang Hamas yang tewas sebelumnya. "Tindakan ini adalah bagian dari kampanye sistematis yang menargetkan Kamp Jenin," tegas pernyataan Hamas.

Krisis di Jenin dan Ketegangan yang Meningkat
Kematian Shatha adalah kasus kelima dari warga sipil di Kamp Jenin sejak PA melancarkan operasi militernya. Dalam tiga minggu terakhir, lebih dari dua lusin pejuang Palestina telah ditangkap, dan sekitar sepuluh rumah di kamp tersebut dijadikan pos militer oleh PA.

Penempatan sniper di berbagai titik kamp semakin memperburuk situasi. Kawasan ini, yang menjadi rumah bagi sekitar 25.000 pengungsi Palestina, telah lama menjadi pusat ketegangan antara PA, warga lokal, dan pasukan pendudukan Israel.

Polemik Internasional dan Seruan Aksi
Insiden ini memicu seruan internasional untuk investigasi independen. Organisasi hak asasi manusia mendesak PA untuk bertanggung jawab atas tindakan pasukannya, sementara kelompok pro-Palestina menyoroti perlunya perlindungan lebih bagi warga sipil di daerah konflik. (mul)


#JusticeForShatha #JeninUnderFire #HumanRights #PalestinianLivesMatter #StopTheViolence


Berita Lainnya