Gaya Hidup

Tips Kelola Emosi Bunda yang Alami "Baby Blues"

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
16 Juli 2024 13:00
Tips Kelola Emosi Bunda yang Alami "Baby Blues"
Ilustrasi ibu bersama bayinya.

JAKARTA - Psikolog klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., M.Psi., mengungkapkan sekitar 80 persen ibu yang baru melahirkan mengalami baby blues. Vera menjelaskan masalah psikologis ini biasanya menyebabkan perubahan emosi pada ibu yang baru melahirkan, seperti mudah marah, gampang menangis, mudah cemas, dan cepat merasa lelah.

"Baby blues dapat membawa beberapa dampak buruk, seperti depresi perinatal, kesulitan merawat bayi, gangguan kesehatan, dan perubahan hubungan dengan bayi," ujar Vera. Untuk itu, Vera menyarankan agar ibu yang mengalami baby blues berusaha mengungkapkan emosi yang dirasakan kepada pasangan atau orang-orang terdekat, agar masalah ini bisa segera diatasi.

Menurutnya, pasangan atau anggota keluarga sebaiknya mendengarkan perasaan ibu yang baru melahirkan tanpa menilai atau menghakimi, agar ibu merasa nyaman dan mendapat dukungan yang diperlukan. Vera juga menyarankan ibu yang mengalami baby blues untuk mencoba mencurahkan perasaan dengan menulis diari atau catatan harian.

Selain itu, ibu bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang yang menyenangkan untuk mengurangi stres, seperti berolahraga bersama teman. "Meskipun ibu mungkin merasa lelah dan cemas, menghabiskan waktu dengan bayi juga dapat membantu mereka merasa lebih baik dan mengurangi stres," tambah Vera.

Ibu yang baru melahirkan juga bisa memilih untuk menghabiskan waktu untuk diri sendiri, seperti membaca buku kesukaan, guna memperbaiki suasana hati dan mengurangi tingkat stres. Vera menambahkan bahwa ibu yang mengalami baby blues bisa memanfaatkan platform media sosial untuk berbagi pengalaman serta bertemu dengan anggota komunitas ibu yang mengalami masalah serupa, agar mendapat dukungan mental.

Jika gejala baby blues pada ibu bertahan lebih dari dua minggu, Vera menyarankan agar keluarga segera meminta bantuan dari psikolog atau psikiater. (ant)


Berita Lainnya