Bisnis

Rusuhnya Proses 'Check in' di Counter Garuda Bandara Madinah

Mulyana — Satu Indonesia
03 Oktober 2023 00:47
Rusuhnya Proses 'Check in' di Counter Garuda Bandara Madinah
CAMUH - Suasana antrean di counter check in di Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz-Madinah, Sabtu (30/9/2023). (foto: dok eko)

MADINAH - Manajemen Garuda Indonesia diharapkan mampu mengatur proses check in, khususnya di bandara yang melayani jamaah umroh, yakni di Madinah dan Jeddah. Hal tak menyenangkan terjadi di counter check in Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz-Madinah, Sabtu (30/9/2023). Dimana counter check in ‘dikuasai’ travel umroh karena tidak adanya pemisahan antara jamaah travel dengan penumpang biasa (non travel umroh).

“Suasananya benar-benar rusuh. Tidak ada yang mau antre, counter check in digabung. Rusuh benar,” kata Eko Satiya Hushada , penumpang Garuda Indonesia GA 0961 penerbangan rute Madinah-Jakarta. 

Persoalannya berawal dari kedatangan serentak koper jamaah umroh dari empat travel. Ketika itu counter check in belum buka. Sementara keterangan di layar monitoring jadwal penerbangan menunjukkan, counter check in Garuda Indonesia GA 0961 berada di F13-16. 

Saat counter selesai dibersihkan petugas, dan disusul dua petugas counter masuk untuk siap-siap melayani, sejumlah penumpang mulai mendatangi counter. Salah satunya adalah Eko, yang berangkat bersama istrinya, Dian R. Di belakang Eko, ada dua penumpang lainnya ikut ngantre. Sementara dari arah pintu masuk, datang koper jamaah umroh dalam jumlah banyak yang dibawa petugas porter bandara. 

Eko mengambil antrean di F13, dan kebetulan berada di urutan antrean pertama, paling depan. Ada dua penumpang lainnya di belakang Eko, diikuti antrean travel umroh dengan seabrek kopernya. Mereka juga mengisi jalur antrean di counter F12, F14 dan F15. 

Saat koper sedang dalam proses menempati baris antrean, petugas travel umroh hilir mudik di depan counter sambil bicara dengan petugas counter check in. Tampaknya para petugas travel itu sudah akrab dengan petugas counter check in, sehingga kemudian mengabaikan prosedur proses check in.

“Di tengah situasi sudah rusuh, tiba-tiba, dua penumpang di belakang saya maju, minta didahulukan. Saya bilang, antre dong,” kata Eko.

Si penumpang tadi memberi alasan dengan mengatakan,”Bapak kan di counter F13. Saya kan minta check in-kan di F12.” Ternyata penumpang yang memotong antrean tadi hanyalah asisten dari seorang jamaah yang sudah berdiri di counter F12. Padahal barangnya ada di counter F13, di belakang Eko. Sementara di counter F13 belum ada petugas, sehingga ia loncat ke F12. 

“Si Bapak yang asistennya tadi motong jalur antrean tampak nggak enak hati melihat saya protes, akhirnya dia minta paspor saya, untuk diserahkan ke petugas counter,” jelas Eko.

Suasana pun semakin camuh. Terjadi penumpukan penumpang di counter F12. Karena penumpang non travel pun merangsek maju ke depan, minta proses check. Sementara petugas di F12 kebingungan menghadapi serbuan penumpang. Sedangkan di F13, belum ada petugas.

“Seharusnya dipisah antara penumpang grup dengan penumpang biasa. Jangan digabung. Kasihan penumpang biasa harus ngantre panjang. Ini yang bikin rusuh. Sementara 2 counter lainnya sudah ‘dikuasai’ travel umroh,” jelas Eko.

Eko sendiri sebenarnya punya kepentingan dalam proses check ini, yakni minta pemindahan satu seat ke depan, atau upgrade ke kelas bisnis. Namun tidak bisa dilakukan dengan leluasa, karena penumpukan penumpang di depan counter. 

“Pak Eko, ibu Dian…,“ panggil petugas counter.

“Ya Saya..” jawab Eko dari jarak jauh sambil tunjuk tangan. Di depan Eko ada petugas porter yang sebelumnya membawa koper jamaah travel, ikut mengangkat koper penumpang non travel. Hampir saja salah dalam penempelan label bagasi.

“Bapak sudah beli kursi ya?” tanya petugas counter.

“Iya, tapi saya minta dipindah ke depan, bisa ya?” tanya Eko sambil teriak-teriak, karena di depannya ada penumpang lain.

“Maaf Pak, ada rombongan Ibu Gus Dur (Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid). Sudah full seat di barisan depan,” jawab petugas.

“Kalau upgrade bisnis, berapa ya?” tanya Eko lagi.

Namun belum sempat pembicaraan selesai, Eko mengaku semakin tidak nyaman dengan situasi saat itu, sehingga akhirnya Eko tidak jadi mengambil seat di kelas bisnis. “Bagaimana kita bisa bicara enak, nyaman? Harusnya itu tempat privacy. Ada proses pemeriksaan petugas, mencocokkan wajah kita di paspor. Saya juga mau bicara soal upgrade kelas bisnis. Tapi nggak bisa dilakukan. Nggak ada privacy di situ,” ujar Eko.

Dari persoalan ini, Eko memberi masukan kepada manajemen Garuda Indonesia, agar secara tegas memisahkan counter check in antara penumpang biasa dengan penumpang grup, dalam hal ini jamaah travel umroh. “Di penerbangan lainnya, itu dipisah. Hanya di Garuda semua koper travel umroh ditumpuk di depan semua counter check in. Lah, kita yang hanya berdua, masa harus ngantri dengan mereka yang puluhan hingga ratusan orang itu,” kata Eko. 

Terlebih dengan semangat Visi 2030 Kerajaan Arab Saudi yang salah satunya mendorong peningkatan jumlah wisata ke Arab Saudi, situasi counter check ini Garuda Indonesia ini tentu sangat tidak mendukung. “Saya merasa sangat tidak nyaman. Rebutan check in, tidak ada jalur khusus penumpang non jamaah travel umroh, petugas travel yang seliweran di depan counter check in ngobrol dengan petugas, betul-betul rusuh situasinya,” tegas Eko.

Sebagai perusahaan penerbangan kebanggaan Indonesia, Eko yakin, persoalan ini  bisa diatasi. “Hanya soal ketegasan, diatur baik-baik. Mudah saja sebenarnya,” ujar Eko lagi. (mul)


Berita Lainnya