Metropolitan
Pemprov DKI Prioritaskan Bangun Pengolah Sampah Teknologi Tinggi
JAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memprioritaskan pengelolaan sampah berteknologi tinggi untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global yang berwawasan lingkungan. Hal ini sesuai arahan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk membangun pusat pengolahan sampah berteknologi tinggi yang tepat dan biayanya efisien.
"Salah satunya, diwujudkan dengan 'groundbreaking' pembangunan Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Jakarta yang berlokasi di Rorotan, Jakarta Utara," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto di kawasan Rorotan, Jakarta Utara, Senin. RDF tersebut berkapasitas pengolahan sampah 2.500 ton per hari dan dibangun di area seluas 7,87 hektare.
Asep menjelaskan, teknologi pengolahan sampah melalui RDF ini memiliki keunggulan dibandingkan teknologi-teknologi lainnya, yakni biaya investasi dan operasionalnya cukup efisien. "Selain mengurangi sampah dengan biaya cukup efisien, tentunya fasilitas ini juga memberi peluang bagi Pemprov DKI Jakarta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari penjualan RDF ke 'off-taker', salah satunya industri semen," ujar Asep.
Asep menyebut, RDF yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini sudah memiliki "off-taker" (pemasokan kebutuhan) untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif. Seluruh hasil produksi yang mencapai 875 ton per hari akan langsung dikirim ke "off-taker" yang lokasi pabriknya di Citeureup, Kabupaten Bogor. "Hasil produksi itu akan melalui proses kompaksi untuk dikemas berbentuk kubus sehingga meningkatkan efisiensi pengangkutan RDF ke 'off-taker'," kata Asep.
RDF Plant Jakarta direncanakan melayani 16 kecamatan di Provinsi DKI Jakarta, antara lain seluruh kecamatan wilayah Jakarta Utara yang meliputi enam kecamatan, yakni Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Tanjung Priok, Pademangan, dan Penjaringan. Lalu, empat kecamatan di Jakarta Pusat, yaitu Cempaka Putih, Kemayoran, Johar Baru, dan Senen. Selain itu, enam kecamatan di Jakarta Timur, yakni Cakung, Pulogadung, Duren Sawit, Jatinegara, Matraman, dan Makasar.
Dengan desain pengolahan 2.500 ton sampah baru tersebut, akan menghasilkan 35-40 persen produk RDF, 1-2 persen material daur ulang berupa logam, dan 15 persen dalam bentuk residu, seperti beling, kerikil, pasir, dan keramik. Selebihnya merupakan air lindi dan kadar air pada sampah yang dapat menguap pada proses pengeringan.
Pemprov DKI Jakarta juga menyadari pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan pada RDF Plant Jakarta ke depannya. Karena itu, Pemprov DKI melengkapinya dengan sarana pengelolaan air limbah, pengendali emisi, dan zona penyangga. "Pengelolaan sampah didesain dengan bentuk tertutup serta dilengkapi dengan sistem pengendali bau dan debu," kata Asep.
Selain itu, DLH Provinsi DKI Jakarta juga akan menggunakan truk sampah jenis compaktor untuk mengangkat sampah menuju RDF Plant Jakarta sehingga dapat meminimalisasi bau dan ceceran air lindi di sepanjang rute perjalanan. Nantinya juga ada fasilitas masjid dan sarana olahraga yang dapat dimanfaatkan masyarakat umum atau pengunjung. (ant)