Metropolitan

Pemprov DKI Lepas Nyamuk Wolbachia Lebih dari 6 Bulan

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
11 September 2024 16:30
Pemprov DKI Lepas Nyamuk Wolbachia Lebih dari 6 Bulan
Arsip seorang petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan permukiman, Kelurahan Grogol, Jakarta, Kamis (2/5/2024).

JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penerapan teknologi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia di suatu wilayah dapat diperpanjang lebih dari enam bulan jika populasi nyamuk yang diharapkan belum tercapai.

"Nantinya, kami akan mengevaluasi apakah populasi nyamuk sudah memadai. Jika belum, periode enam bulan ini bisa diperpanjang menjadi delapan bulan atau lebih, tergantung kebutuhan," kata Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Maryati Kasiman, M.K.K.K., dalam seminar daring pada hari Rabu.

Implementasi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia dinyatakan berhasil jika populasi nyamuk tersebut mencapai 60 persen dari total populasi nyamuk di wilayah tersebut. Proses ini dimulai dengan penempatan telur nyamuk untuk ditetaskan dan dilepaskan di area yang ditentukan. "Peluncuran perdana akan dilakukan di Jakarta Barat, khususnya di Kecamatan Kembangan, Kelurahan Kembangan Utara," ujar Maryati.

Pemerintah berharap program ini dapat diperluas ke wilayah lain di DKI Jakarta untuk mencapai tujuan Jakarta bebas dari Demam Berdarah Dengue (DBD). Implementasi ini memerlukan waktu serta sumber daya manusia dan logistik yang memadai. Maryati menambahkan bahwa teknologi nyamuk ber-wolbachia adalah inovasi tambahan dalam pengendalian DBD, sehingga upaya lain seperti pemberantasan sarang nyamuk dengan metode 3M Plus dan pengasapan tetap perlu dilakukan.

"Larvasidasi akan tetap dilaksanakan pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras, namun tidak boleh digunakan pada ember yang berisi telur wolbachia," jelasnya. Menurut Kementerian Kesehatan, bakteri wolbachia yang diperkenalkan ke dalam tubuh nyamuk aedes aegypti dapat menetralkan virus dengue, membuka potensi baru dalam pengendalian DBD. Uji coba di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022 menunjukkan bahwa penerapan wolbachia dapat mengurangi kasus demam berdarah hingga 77 persen dan menurunkan proporsi pasien rawat inap sebesar 86 persen.

Metode penerapan teknologi wolbachia di Indonesia melibatkan penggantian populasi nyamuk lokal dengan nyamuk jantan dan betina ber-wolbachia, yang diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang juga mengandung wolbachia, menciptakan perlindungan yang berkelanjutan. (ant)
 
 


Berita Lainnya