Internasional
PBB Desak Pemimpin Politik Venezuela Hentikan Kekerasan Pascapilpres
KANADA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimbau semua pemimpin politik untuk menahan diri dari segala bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, atau hasutan kekerasan menyusul hasil pemilihan presiden Venezuela yang memenangkan Nicolas Maduro sebagai presiden petahana.
"Penting bagi semua pemimpin politik dan pendukungnya untuk menolak segala bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, atau hasutan untuk melakukan kekerasan," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric, dikutip dari Anadolu pada Rabu. Dujarric menyatakan keprihatinan mendalam atas laporan penangkapan dan menekankan bahwa hak rakyat untuk melakukan protes damai harus dihormati.
Ia juga menegaskan setiap sengketa pemilu harus diselesaikan secara damai dan menekankan pentingnya transparansi penuh dalam hasil pemilu. Nicolas Maduro, 61 tahun, dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden pada Minggu (28/7/2024), memberinya masa jabatan presiden untuk ketiga kalinya.
Maduro memperoleh 51 persen suara, sementara kandidat oposisi Edmundo Gonzalez memperoleh 44 persen suara, menurut komisi pemilu. Namun, pihak oposisi menolak hasil pemilu dengan alasan bahwa hasil tersebut tidak mencerminkan suara yang diberikan. Pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, menuduh adanya kecurangan masif dalam pemilu dan menolak untuk mengakui hasilnya.
Menurut mereka, Edmundo Gonzalez, kandidat oposisi, adalah pemenang sebenarnya dengan perolehan 70 persen suara. Pemerintah Venezuela dalam pernyataannya mengumumkan penarikan semua staf diplomatik dari kedutaan besarnya di Argentina, Chile, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika, dan Uruguay.
Venezuela juga mendesak negara-negara yang mereka tuduh mengintervensi pemilihan presiden untuk menarik pulang duta besarnya masing-masing. (ant)