Internasional
Pasukan Oposisi Suriah Kuasai Kota Daraa
Konflik Suriah Memanas Lagi. Rezim Assad Terkepung.
JAKARTA - Pasukan oposisi Suriah mengklaim telah merebut kota strategis Daraa di barat daya Suriah, Jumat (6/12/2024). Langkah ini menandai semakin dekatnya posisi mereka ke ibu kota Damaskus, mempertegas eskalasi konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.
"Pasukan kami telah menguasai seluruh kota Daraa. Saat ini, kami sedang menyisir permukiman dan mengamankan fasilitas serta kantor pemerintahan," ujar juru bicara Southern Operation Rooms, kelompok pemberontak yang memimpin operasi tersebut.
Daraa, Simbol Pemberontakan Suriah
Daraa bukan sekadar kota; tempat ini menjadi simbol dimulainya pemberontakan Suriah pada 2011 yang melawan rezim Presiden Bashar al-Assad. Meski klaim penguasaan kota ini telah diumumkan, Kementerian Pertahanan Suriah hingga kini belum memberikan konfirmasi atau bantahan resmi.
Sebuah video yang beredar menunjukkan para pemberontak bergerak di sekitar gedung pemerintah Daraa. Saat ini, pasukan pemberontak terus memperluas serangan dari arah utara dan selatan untuk mendekati Damaskus.
Penguasaan Perbatasan dan Jalan Strategis
Selain Daraa, pasukan oposisi selatan juga berhasil merebut perbatasan strategis Nassib di Suriah-Yordania. Perbatasan ini merupakan titik paling selatan dari jalan raya utama M5 yang menghubungkan kota Aleppo di utara dengan ibu kota Damaskus.
Di utara, pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) juga mencatat kemajuan signifikan. Setelah merebut kota Aleppo pekan lalu, mereka kini bergerak ke selatan dan menguasai kota Hama pada Kamis (5/12/2024).
Koalisi Pemberontak Bersatu untuk Gulingkan Assad
Meski berasal dari faksi berbeda, kelompok pemberontak di utara dan selatan memiliki tujuan yang sama: menggulingkan rezim Bashar al-Assad. Pemimpin HTS, Abu Mohammad al-Jolani, menegaskan bahwa misi utama mereka adalah mengakhiri kekuasaan Assad yang telah berlangsung puluhan tahun.
"Tujuan revolusi ini adalah menggulingkan rezim Assad. Kami berhak menggunakan segala cara untuk mencapainya," ujar Jolani
Konflik Lama yang Kembali Memanas
Konflik Suriah bermula pada 2011 sebagai bagian dari gelombang Arab Spring, ketika pemerintah Assad menindak keras aksi protes damai pro-demokrasi. Perang ini kemudian berkembang menjadi konflik bersenjata yang melibatkan berbagai aktor regional dan global, termasuk Arab Saudi, Amerika Serikat, Iran, dan Rusia.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 300.000 warga sipil tewas selama perang yang berlangsung lebih dari satu dekade. Jutaan orang lainnya terpaksa mengungsi, menciptakan krisis kemanusiaan yang terus memburuk. Dengan situasi yang kembali memanas, konflik Suriah sekali lagi menjadi perhatian dunia. Perebutan kota Daraa oleh oposisi menunjukkan dinamika perang saudara yang belum usai, sementara tekanan internasional untuk mencari solusi damai terus meningkat. (mul)