Internasional
Operasi Militer di Gaza Tidak Sah dan Tidak Bermoral
Jurnalis Penjajah Israel Mengecam Serangan Brutal di Gaza

PALESTINA - Operasi militer penjajah Israel di Jalur Gaza kembali menuai kritik tajam, kali ini dari dalam negeri sendiri. Gordon Levy, seorang jurnalis terkemuka penjajah Israel, secara terbuka menyatakan bahwa serangan yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan tersebut tidak sah dan tidak bermoral.
Kegagalan Mencapai Tujuan Militer
Levy menyoroti bahwa meskipun telah terjadi penghancuran besar-besaran di Gaza, penjajah Israel belum berhasil mencapai tujuannya. Ia mempertanyakan efektivitas operasi militer yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang, termasuk ratusan anak-anak.
"Melanjutkan serangan di Gaza tidak hanya merupakan kejahatan, tetapi juga tidak bermoral," tegas Levy. Ia menambahkan bahwa tindakan militer ini tidak didasarkan pada kepentingan keamanan nasional yang nyata, melainkan hanya memperpanjang penderitaan warga sipil tanpa hasil konkret.
Motivasi Politik di Balik Serangan
Menurut Levy, operasi militer ini lebih banyak didorong oleh kepentingan politik daripada alasan keamanan. Ia menuduh bahwa serangan yang terus berlangsung hanya bertujuan untuk melindungi posisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di tengah tekanan politik yang semakin besar.
"Ini bukan lagi tentang pertahanan, ini tentang menjaga kekuasaan," ujar Levy. Ia juga mengkritik kebijakan pemerintah yang terus mengabaikan diplomasi dan memilih jalur kekerasan sebagai solusi utama.
Pelanggaran Gencatan Senjata dan Krisis Kemanusiaan
Levy juga menyoroti bahwa penjajah Israel secara sepihak melanggar berbagai perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya telah disepakati. Akibatnya, lebih dari 2 juta warga Gaza kini terjebak dalam kondisi kemanusiaan yang semakin buruk, tanpa akses yang memadai terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan obat-obatan.
Lembaga kemanusiaan internasional telah berulang kali mengingatkan bahwa situasi di Gaza semakin mendekati bencana kemanusiaan yang tak terhindarkan, namun respons dari pemerintah penjajah Israel dinilai masih jauh dari memadai.
Kritik terhadap Dukungan Internasional
Levy juga mengkritik komunitas internasional, terutama Amerika Serikat, yang dianggap terus memberikan dukungan kepada penjajah Israel tanpa mempertimbangkan dampak kemanusiaan dari operasi militer ini.
Menurutnya, pemerintah Barat seharusnya lebih tegas dalam menekan penjajah Israel agar menghentikan serangan dan mencari solusi damai yang lebih berkelanjutan. Namun, hingga saat ini, tekanan global masih belum cukup kuat untuk menghentikan agresi yang terus berlangsung.
Dampak dan Tuntutan Hukum Internasional
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 113.700 lainnya terluka akibat serangan militer penjajah Israel. Situasi ini telah memicu Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, penjajah Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakan militernya di wilayah tersebut. Banyak pihak mendesak agar proses hukum ini segera dipercepat untuk memastikan akuntabilitas terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang telah terjadi.
Pernyataan Gordon Levy mencerminkan adanya suara kritis dari dalam penjajah Israel sendiri terhadap kebijakan militernya di Gaza. Kritik ini semakin memperkuat tekanan terhadap pemerintah penjajah Israel untuk mengevaluasi kembali strategi militernya dan mencari solusi yang lebih manusiawi dan adil bagi konflik yang berkepanjangan ini. (mul)
#OperasiMiliterGaza #GordonLevy #KrisisKemanusiaan #penjajah Israel #Palestina #HakAsasiManusia #StopGenosida