Internasional
Ngeri! Hamas Ungkap Agenda Utama Zionis adalah Genosida Bangsa Palestina
TEHERAN - Kelompok perlawanan Hamas di Palestina pada Minggu malam menanggapi temuan jasad para martir di Kota Gaza dengan mengatakan rezim Zionis Israel berupaya melakukan genosida terhadap bangsa Palestina.
Melalui pernyataan yang dipublikasikan kantor berita Palestina Sama, Hamas menyebutkan sekitar seratus jasad ditemukan di lingkungan Al-Rimal dan Tal Al-Hawa di Kota Gaza pascapenarikan pasukan pendudukan Israel menarik dari daerah tersebut. “Kebanyakan dari mereka dibunuh penembak jitu Israel yang memperlihatkan musuh Zionis telah melakukan pendekatan kriminal yang bertujuan melakukan genosida terhadap rakyat Palestina dan mengusir mereka secara paksa dari tanahnya,” demikian pernyataan tersebut.
Hamas menyeru negara-negara dan masyarakat di dunia untuk terus melakukan perlawanan dan mengutuk kejahatan bar-bar musuh Zionis dan genosida terhadap warga Palestina, terutama perempuan dan anak-anak. Hamas juga meminta Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mendokumentasikan kejahatan-kejahatan ini dan mengeluarkan resolusi untuk menghentikan perang di Gaza. Kelompok Palestina itu juga mendesak ICJ agar mengambil tindakan yang diperlukan guna menghentikan kejahatan brutal dan mengerikan yang dilakukan Zionis terhadap bangsa Palestina.
Israel meluncurkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober dengan dalih operasi mendadak "Badai Al-Aqsa" yang dilakukan Hamas atas kebrutalan rezim Israel selama puluhan tahun terhadap rakyat Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang didukung Amerika Serikat sejak 7 Oktober bertambah menjadi hampir 28.100 orang, yang mayoritas perempuan dan anak-anak.
Sementara itu Rezim pendudukan Israel mulai melakukan serangan besar-besaran di Kota Rafah di Gaza selatan pada Senin pagi, mengakibatkan kematian dan luka berat pada ratusan warga sipil, termasuk banyak anak-anak dan perempuan. Otoritas kesehatan di Rafah melaporkan bahwa lebih dari 100 warga sipil tewas akibat tindakan tragis militer Israel, sementara ratusan lainnya mengalami luka-luka. Para korban segera dilarikan ke rumah sakit di Kota Rafah untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.
Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menyatakan serangan udara Israel yang hebat terjadi di pusat Kota Rafah, menghantam rumah-rumah warga di sekitar kantor pusat PRCS. Suhaib Al-Hams, Direktur Rumah Sakit Kuwait di Kota Rafah, menyatakan bahwa pihak rumah sakit mengalami kesulitan dalam menangani jumlah pasien yang terluka parah, serta kekurangan pasokan obat-obatan.
Sumber lokal melaporkan bahwa pesawat tempur Israel melancarkan sekitar 40 serangan udara, menargetkan rumah-rumah dan masjid yang menampung pengungsi. Penembakan artileri dan pemboman melalui jalur laut juga terjadi di Rafah. Kendaraan sipil yang membawa korban-korban tiba di Rumah Sakit Kuwait di Rafah, sementara ratusan orang dievakuasi ke rumah sakit tersebut untuk mencari perlindungan dari serangan.
Masjid Al-Rahma di Shaboura dan Masjid Al-Huda di kamp pengungsi Yibna adalah beberapa di antara masjid yang menjadi sasaran pasukan Israel. Kedua masjid tersebut menampung ratusan keluarga pengungsi dan lebih dari 14 rumah. Serangan udara Israel juga mencapai wilayah perbatasan dengan Mesir.
Diperkirakan sekitar 1,4 juta warga dan pengungsi internal berada di Rafah setelah pasukan pendudukan Israel memaksa ratusan ribu warga Palestina pindah dari Gaza utara ke selatan pada awal agresi. Pada hari ke-129 agresi, pasukan Israel terus menyerang Gaza melalui darat, laut, dan udara, menyebabkan kematian lebih dari 28.176 orang dan melukai 67.784 lainnya. Ribuan korban lainnya masih terperangkap di bawah reruntuhan, dengan akses terhadap tim penyelamat terhalang oleh pasukan Israel.
Perkiraan awal menunjukkan agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menyebabkan lebih dari 28.176 kematian, sebagian besar adalah warga sipil tak bersalah, dan melukai lebih dari 68.000 orang. Lebih dari dua juta orang telah terpaksa mengungsi dari seluruh wilayah di Jalur Gaza akibat agresi ini. Sebagian besar dari mereka mengungsi ke Kota Rafah di Gaza selatan, yang merupakan eksodus massal terbesar Palestina sejak peristiwa Nakba 1948. (ant)