Internasional

Negara Arab Bersatu Menolak Rencana Trump Mengusir Warga Gaza

Redaksi — Satu Indonesia
8 hours ago
Negara Arab Bersatu Menolak Rencana Trump Mengusir Warga Gaza
Pemimpin negera-negara Arab bersepakat bersatu menolak usaha Trump untuk mengusir warga Gaza (Foto: Istimewa)

JAKARTA – Negara-negara Arab bersatu dalam perlawanan terhadap rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania. Langkah ini memicu gelombang penolakan dari sekutu Washington di kawasan Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar, yang menegaskan sikap tegas mereka terhadap upaya pemindahan paksa tersebut.

Ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, dalam pernyataannya pada Rabu (12/02/25), menegaskan bahwa dunia Arab tidak akan menerima skenario pemindahan warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat. Ia menilai gagasan ini sudah ditolak selama lebih dari 100 tahun dan tidak akan berubah sekarang.

“Kami, orang Arab, tidak akan menyerah dengan cara apa pun,” ujar Aboul Gheit dalam KTT Pemerintah Dunia di Dubai, seperti dikutip AFP, Kamis (13/02/25).

Trump Ancam Tekan Mesir dan Yordania
Selama dua pekan terakhir, Trump terus mendorong usulan "pembersihan" Gaza dengan skenario pengendalian wilayah oleh AS serta pemindahan 2,4 juta penduduknya ke Mesir dan Yordania. Bahkan, ia mengancam akan menghentikan bantuan ke Kairo dan Amman jika kedua negara menolak kebijakannya.

Namun, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II dengan tegas menolak usulan tersebut. Mereka menegaskan pentingnya rekonstruksi Gaza tanpa mengorbankan hak-hak rakyat Palestina atas tanah mereka.

“Kami tidak akan membiarkan ketidakadilan ini terjadi,” tegas Sisi.

“Ini adalah sikap Arab yang bersatu,” tambah Raja Abdullah dalam pernyataannya.

Bahkan, Arab Saudi, yang sebelumnya dikabarkan hampir menormalisasi hubungan dengan penjajah Israel sebelum pecahnya perang Gaza, ikut menyuarakan penolakan terhadap rencana tersebut. Kerajaan menyatakan bahwa setiap bentuk normalisasi hubungan dengan penjajah Israel harus bergantung pada pembentukan negara Palestina yang berdaulat.

Para Pengamat: Palestina Terlalu Sensitif untuk Dikompromikan
Sejumlah pengamat menilai bahwa dunia Arab mengirimkan pesan yang jelas kepada Trump: Palestina bukanlah isu yang bisa dikompromikan.

“Negara-negara Arab tidak bisa dianggap berpihak pada AS dan penjajah Israel dalam mendukung kebijakan pembersihan etnis warga Palestina dari Gaza,” ujar Anna Jacobs, analis dari Arab Gulf States Institute di Washington.

“Masalah Palestina terlalu sensitif dan sangat penting bagi publik Arab,” tambahnya.

Sementara itu, pengamat dari Mesir, Ahmed Maher, menegaskan bahwa solusi bagi konflik ini harus tetap berpegang pada prinsip solusi dua negara.

“Tidak boleh ada pemindahan paksa. Satu-satunya solusi yang mungkin adalah penerapan model dua negara,” ujarnya.

KTT Arab Bahas Gaza
Sebagai respons terhadap situasi ini, Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak negara-negara Arab untuk membahas krisis Gaza. Forum ini juga dapat diikuti oleh pertemuan darurat tingkat menteri dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) guna merumuskan langkah-langkah strategis dalam menghadapi tekanan AS dan penjajah Israel.

Dengan semakin kuatnya sikap Arab dalam mempertahankan hak-hak Palestina, rencana Trump untuk merelokasi warga Gaza tampaknya akan menemui perlawanan besar di kancah internasional. (mul)


#Palestine #Gaza #Trump #ArabUnity #StopEthnicCleansing #SavePalestine


Berita Lainnya