Internasional
Krisis Pendanaan, Sekjen PBB Temui Donatur Utama Palestina
WASHINGTON - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, akan mengadakan pertemuan dengan para donatur utama Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi Palestina (UNRWA) di markas besar PBB di New York pada Selasa. Pertemuan ini diadakan dalam konteks krisis pendanaan yang dipicu oleh tuduhan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan pada 7 Oktober.
Sebagai tuan rumah pertemuan tersebut, Guterres telah berkomunikasi dengan pimpinan UNRWA dan pemimpin di kawasan terkait. Hingga saat ini, sekitar separuh dari donatur utama UNRWA telah menghentikan pendanaan mereka sebagai respons terhadap tuduhan Israel mengenai keterlibatan staf UNRWA dalam serangan yang melibatkan Hamas.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB, menyatakan masa depan UNRWA dan jutaan orang yang bergantung pada bantuan badan tersebut di berbagai wilayah, termasuk Gaza, Yerusalem Timur, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, dan Suriah, tampak suram. Dujarric menekankan pentingnya mendukung pekerjaan kemanusiaan yang dilakukan PBB, yang tidak hanya berfokus di Gaza tetapi juga di seluruh kawasan tersebut.
Dalam perkembangan terkait, Guterres bertemu dengan Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, setelah Amerika Serikat menangguhkan kontribusi mereka bagi UNRWA. Lebih dari 13.000 orang bekerja untuk UNRWA di Gaza, di mana sekitar 12 orang di antaranya dituduh oleh Israel terlibat dalam serangan 7 Oktober. UNRWA telah memberhentikan beberapa karyawan sebagai respons terhadap tuduhan tersebut.
Sebanyak 12 negara, antara lain Jerman, Swiss, Italia, Kanada, Finlandia, Australia, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Prancis, Austria, dan Jepang, telah memutuskan untuk menangguhkan dana mereka bagi UNRWA. Badan ini didirikan pada tahun 1949 untuk membantu para pengungsi Palestina di Timur Tengah.
Sementara itu, Mahkamah Internasional (ICJ) pada Jumat mengeluarkan keputusan sementara yang mendesak Israel untuk menghentikan penghalangan terhadap pengiriman bantuan ke Gaza dan memperbaiki situasi kemanusiaan. UNRWA sendiri telah memulai penyelidikan penuh terhadap tuduhan keterlibatan stafnya dalam serangan tersebut.
Meskipun ICJ telah mengeluarkan putusan sementara terkait Gaza, serangan membabi buta Israel terus berlanjut, menyebabkan korban jiwa dan luka yang signifikan. Sejak 7 Oktober 2023, serangan tersebut telah menewaskan setidaknya 26.422 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 65.087 orang lain. Dampak serangan juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, menurut data PBB.