Daerah
Kisah Kelam Serangan Brutal Teroris OPM terhadap Guru dan Nakes di Papua
Papua Berduka: Serangan Brutal di Yahukimo Mengguncang Dunia Pendidikan

YAHUKIMO - Papua kembali berduka. Delapan guru dan tenaga kesehatan (nakes) menjadi korban serangan yang diklaim dilakukan oleh Teroris Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Kabupaten Yahukimo. Insiden yang terjadi pada akhir pekan lalu itu menyisakan trauma mendalam bagi para penyintas dan menyoroti betapa rentannya tenaga pendidik serta nakes di wilayah konflik.
Kronologi Mencekam: Guru Diserang, Satu Orang Tewas
Pagi yang tenang pada Jumat (21/03/25) berubah menjadi mimpi buruk bagi Nus dan rekan-rekannya. Mengajar di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen (SD YPK) Distrik Anggruk, mereka tak menyangka bahwa siang harinya, rumah dinas mereka akan diserang. Belasan orang bercadar dengan senjata tajam merusak kaca rumah dan memaksa mereka untuk melarikan diri.
"Saya keluar lewat pintu belakang dan mereka langsung melempar parang ke arah saya. Beruntung, hanya mengenai tas saya," kenang Nus, seorang guru yang telah mengabdi sejak 2023 di bawah Yayasan Serafim Care.
Para pelaku tak hanya merusak rumah dinas, tetapi juga mengejar para guru hingga ke dalam hutan. Beberapa korban mengalami luka serius akibat sabetan senjata tajam, sementara seorang guru perempuan tewas mengenaskan setelah dikepung dan diserang dengan brutal.
Teror Berlanjut: Serangan Kedua dalam Dua Hari
Pada Sabtu pagi (22/03/25), para pelaku kembali menyerang saat korban yang selamat tengah merawat luka di pusat kesehatan.
"Kami panik, mereka datang lagi. Saya bilang ke teman-teman, kita harus lari. Jika tidak, kita bisa mati," kata Nus dengan suara gemetar.
Guru dan nakes yang tersisa terpaksa kembali menyelamatkan diri ke dalam hutan. Kali ini, pengejaran semakin sengit, dengan masing-masing korban diburu oleh dua orang pelaku.
"Mereka membawa parang panjang, kami tidak bisa menolong teman yang tertinggal karena takut ikut dibunuh," tambahnya.
Dampak Serangan: Sekolah Terbakar, Pendidikan Lumpuh
Serangan di Anggruk tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan fasilitas pendidikan. Dua rumah dinas guru dibakar, tujuh ruang kelas dirusak, dan ratusan anak kehilangan akses belajar. Ketua Yayasan Serafim, Nehes Jhon Fallo, mengutuk aksi brutal ini dan menegaskan bahwa guru dan nakes bukanlah bagian dari konflik.
"Kami datang ke Papua untuk mengabdi, bukan berpolitik. Tapi justru kami yang jadi korban," tegasnya.
Tanggapan Pemerintah: Jaminan Keamanan Dipertanyakan
Kapendam Cenderawasih, Kolonel Candra Kurniawan, membantah tudingan OPM bahwa para guru dan nakes adalah agen militer.
"Korban adalah warga sipil, bukan anggota militer. Ini murni serangan terhadap tenaga pengajar dan kesehatan," katanya.
Namun, serangan ini menambah daftar panjang kekerasan terhadap pendidik di Papua. Pengamat pendidikan dari Universitas Papua, Agus Sumule, menyebutkan bahwa hampir 700.000 anak Papua tidak pernah menginjakkan kaki di sekolah akibat konflik berkepanjangan.
"Kalau dibiarkan, pada 2030 jumlahnya bisa mencapai satu juta anak. Lalu, bagaimana kita bisa berharap Papua merasa bagian dari Indonesia jika pendidikan di sana terus terhambat?" tanyanya.
Menatap Masa Depan: Perlindungan bagi Guru dan Nakes di Papua
Serangan di Yahukimo kembali membuka mata publik bahwa tenaga pendidik dan kesehatan di Papua hidup dalam ancaman nyata. Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP), Latifah Anum Siregar, menekankan pentingnya perlindungan bagi profesi kemanusiaan ini.
"Guru dan nakes tidak boleh distigma tanpa bukti hukum. Negara wajib melindungi mereka dari kekerasan bersenjata," katanya.
Konflik di Papua terus menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Kini, perhatian dunia tertuju pada bagaimana negara menjamin keamanan tenaga pendidik dan kesehatan di wilayah konflik. Pendidikan adalah hak dasar, dan tidak boleh ada lagi guru yang menjadi korban hanya karena mereka ingin mencerdaskan generasi Papua. (mul)
Tagar: #Papua #Yahukimo #PendidikanTerancam #GuruPapua #KonflikPapua #SaveOurTeachers #HentikanKekerasan