Bisnis

Kiat Sukses Bisnis Solopreneur yang Makin Populer di Indonesia

Jadi Bos sekaligus Karyawan Tunggal

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
03 Februari 2024 01:00
Kiat Sukses Bisnis Solopreneur yang Makin Populer di Indonesia
Sejumlah pengunjung melihat produk fesyen Kayn Label. ANTARA/HO-Humas Bank Saqu

JAKARTA - Dalam Buku Putih "Solopreneur: Potensi Kekuatan Baru Ekonomi Indonesia," yang diterbitkan oleh Segara Research Institute dan Bank Saqu, proyeksi menunjukkan  pada tahun 2030, akan muncul 117 juta jiwa bisnis di Indonesia, dengan satu dari tiga orang Indonesia diprediksi menjadi solo-entrepreneur atau solopreneur.

Istilah solopreneur merujuk pada individu yang mengemban peran ganda sebagai pemilik dan karyawan tunggal dalam menjalankan bisnisnya. Studi ini memperkirakan  kontribusi solopreneur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 36 persen pada tahun 2030.

Namun, studi tersebut juga mengungkapkan  solopreneur seringkali menghadapi tantangan, seperti ketidakstabilan pendapatan dan kendala lainnya. Untuk mengatasi hal ini, kehadiran pasar kreatif seperti Semasaqu pada Desember 2023 lalu dianggap penting untuk membentuk konsep dan strategi bisnis yang tangguh di masa depan.

Semasaqu adalah inisiatif dan program kolaborasi antara Bank Saqu, layanan perbankan digital dari Bank Jasa Jakarta, dan Semasa, yang telah menjadi kurator bisnis lebih dari 30 acara bersama merek lokal di Indonesia sejak 2017.

Dalam rangkaian kegiatan Semasa pada tahun 2023, Semasaqu berhasil menarik 150.000 pengunjung dari empat kegiatan, yaitu Semasa di Chillax, Semasa Piknik, Semasa Ideafest, dan Semasaqu. Sebanyak 130 merek lokal berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, menawarkan berbagai produk kreatif seperti makanan, aksesori, fesyen, kerajinan tangan, dan produk kecantikan.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk membantu para pelaku bisnis mencapai pasar yang lebih luas. Salah satu merek yang mencuat dalam Semasaqu adalah Kayn Label, yang fokus pada produk busana batik ramah lingkungan untuk kalangan anak muda. Merek ini berhasil meningkatkan penjualan hingga 30 sampai 70 persen selama kegiatan Semasaqu.

Kayn Label tidak hanya menawarkan produk berkualitas, tetapi juga berhasil membangun branding yang kuat, menciptakan loyalitas pelanggan, nilai seumur hidup, dan meningkatkan promosi produk secara organik. Strategi branding Kayn Label memperhitungkan dampak lingkungan dan mendorong konsumen untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan pendekatan yang disebut sebagai sustainable branding.

Pemasaran Kayn Label menyasar anak muda sebagai audiens utama, dan hal ini dianggap sebagai langkah yang tepat oleh kurator bisnis Semasaqu. Data menunjukkan  Generasi Z Indonesia mayoritas setuju  pemerintah dan pelaku bisnis harus menerapkan perubahan struktural untuk mengurangi perubahan iklim.

Lebih lanjut, data tersebut juga menunjukkan  Generasi Z Indonesia siap membayar lebih untuk produk ramah lingkungan atau berkelanjutan. Oleh karena itu, strategi pemasaran berkelanjutan seperti yang diimplementasikan oleh Kayn Label dapat memenuhi aspirasi konsumen terkait lingkungan, membangun koneksi yang lebih kuat dengan pelanggan.

Maria Utami Sekar, Co-Founder Kayn Label, mengatakan  pendekatan pemasaran yang mempertimbangkan dampak lingkungan bukan hanya sekadar gimik, melainkan suatu kebutuhan mengingat perubahan pola konsumsi yang lebih sadar akan lingkungan. Melalui partisipasi dalam kegiatan Semasaqu, Kayn Label berhasil meningkatkan visibilitas mereknya sebagai produk lokal berkualitas.

Sekar juga memberikan tiga kiat sukses untuk menjalankan strategi sustainable branding di Indonesia:
1.    Bentuk nilai bersama: Melalui penekanan pada nilai-nilai lingkungan dan sosial yang sama, sustainable branding menciptakan rasa keselarasan, bukan hanya tentang produk, tetapi juga tentang bagaimana merek mencerminkan prinsip-prinsip yang diyakini oleh konsumen.

2.    Membangun kepercayaan melalui transparansi: Komunikasi terbuka mengenai praktik-praktik berkelanjutan menjadi landasan kepercayaan. Saat konsumen memahami komitmen merek terhadap inisiatif ramah lingkungan, hubungan terbangun atas dasar kepercayaan.

3.    Menjaga keterlibatan konsumen dengan konten edukasi yang menyenangkan: Sustainable branding bukan hanya tentang penjualan, tetapi juga edukasi konsumen. Melibatkan konsumen dalam pemahaman dampak pilihan mereka pada lingkungan menciptakan kesadaran bersama, dan keterlibatan harus dilakukan melalui konten yang menyenangkan dan informatif.

Dengan menerapkan kiat-kiat tersebut, Sekar optimistis  sustainable branding bukan hanya akan meningkatkan penjualan, tetapi juga akan membuat merek fesyen menjadi bagian dari percakapan sehari-hari konsumen. (ant)

 


Berita Lainnya