Opini

Keberpihakan dalam Konflik Itu 

Shamsi Ali — Satu Indonesia
13 Oktober 2023 19:39
Keberpihakan dalam Konflik Itu 

SERINGKALI saya sampaikan bahwa peperangan terdahsyat di era informasi saat ini adalah peperangan imej dan persepsi. Peperangan yang bertujuan kepada pembentukan opini tentang sebuah isu. Pada akhirnya sesuatu itu akan terdefenisikan oleh opini yang terbentuk berdasarkan imej dan persepsi yang dikembangkan.

Peranan media massa, termasuk media sosial, sangat besar dalam membangun imej dan persepsi ini. Media massa mampu menghitamkan yang putih dan memutihkan yang hitam. Tergantung bentuk imej dan persepsi yang akan dibentuk. Runyamnya media massa dalam banyak hal seringkali tidak jujur (dishonest) dalam menyampaikan informasi. Sebagaimana contoh klasik: anjing menggigit orang itu bukan berita. Tapi orang menggigit anjing itu berita. 

Akhir-akhir ini kita kembali dihadapkan kepada kenyataan ini. Hampir semua media massa, khususnya media massa yang berada di kawasan negara/benua yang mengaku memiliki nilai kejujuran dan merasa lebih beradab berada pada minimal tiga kemungkinan: 

Satu, sengaja memberitakan sesuatu yang tidak benar (fake news dalam bahasa Trump) atau berita yang diada-ada (fabricated). Contoh terbesar adalah berita tentang penyembelihan anak-anak Israel oleh pejuang Palestina. Demikian pula pemberitaan tentang pemerkosaan kepada wanita Israel. Keduanya diralat kemudian oleh CNN.

Dua, membesar-besarkan sebuah kejadian buruk yang menimpa satu pihak. Sebaliknya mengecilkan, bahkan menyembunyikan kejadian buruk yang menimpa pihak lain. Terbunuhnya anak-anak Israel mendapat perhatian dengan proporsi yang sangat dahsyat. Tapi pembantaian anak-anak Palestina hampir tidak diliput oleh media massa Barat. 

Tiga, yang paling runyam adalah membalik fakta yang sesungguhnya. Bagaimana dalam konflik Palestina-Israel ini pihak yang salah diframe menjadi benar dan pihak yang benar diframe menjadi salah. Perjuangan bangsa Palestina untuk kemerdekaan diopinikan sebagai tindakan terorisme. Tapi tindakan Israel membunuh anak-anak dan rakyat sipil diopinikan sebagai self defense (membela diri). 

Pijakan Keberpihakan 

Yang ingin juga saya sampaikan kali ini adalah pentingnya ada keberpihakan dalam konflik ini. Netral dalam sebuah konflik itu, apalagi melibatkan nilai (value) bahkan nyawa adalah sikap yang deeply questionable (sangat dipertanyakan). Minimal menggambarkan ketidak jelasan sikap (uncertainty). Bahkan boleh jadi tanda kemunafikan (hypocrisy). 

Tentu semua orang ketika mengambil sikap (keberpihakan), masing-masing punya alasan atau pijakan. Seseorang yang berakal sehat dan hati nurani pastinya keberpihakannya tidak sekedar terbangun di atas semangat emosi/sentimen, apalagi kepentingan. Tapi berdasarkan kepada nilai-nilai mulia, baik dalam pandangan agama maupun kemanusiaan.

Isu Palestina-Israel adalah isu penjajahan dan kezaliman terhadap hak-hak dasar satu pihak oleh pihak lainnya. Dan ketika berbicara tentang penjajahan dan kezaliman, maka kita berbicara tentang kebebasan dan keadilan. Kebebasan (freedom) dan keadilan (justice) keduanya menjadi nilai utama, baik dalam pandangan agama maupun dalam pandangan kemanusiaan.

Dalam pandangan Islam penjajahan itu adalah antitesis dari keimanan kepada Tauhid (laa ilaaha illallah). Dan karenanya mengimani laa ilaaha illallah mengharuskan sikap resistensi kepada penjajahan, siapapun pelaku dan korbannya. Dan dalam pandangan kemanusiaan Universal penjajahan itu bertentangan dengan hak-hak dasar (human rights) manusia.

Selain itu dalam nilai kemanusiaan (human value) maupun keagamaan (religious value) ada persaudaraan dan solidaritas. Agama Islam menekankan, selain urgensi ukhuwah Islamiyah, juga tentunya penting menjaga ukhuwah basyariyah (kemanusiaan). Memelihara ukhuwah itu salah satunya dengan membangun rasa solidaritas (intimaa) di kepada sesama saudara. 

Maka dengan sendirinya dukungan kepada bangsa yang terjajah dalam konflik ini menjadi valid (sah) dan keharusan baik pada tataran keagamaan maupun kemanusiaan. Karenanya, jika Anda seorang Muslim dan pastinya manusia, tidak ada alasan untuk tidak mendukung Palestina. Dan kalaupun Anda bukan Muslim, tapi masih manusia, juga tidak ada alasan untuk anda tidak mendukung Palestina.

Sayangnya kekuatan media dalam membangun opini dan kemunafikan dunia internasional menjadikan banyak orang yang kehilangan akal sehat dan hati nurani. Sehingga yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Pejuang dijadikan teroris. Dan teroris dipuja sebagai pejuang. Wal’iyadzu billah!  (penulis adalah ulama, diaspora Indonesia di Kota New York)


Berita Lainnya