Gaya Hidup

Karakter Riley Beranjak Remaja di Film "Inside Out 2"

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
21 Juni 2024 19:30
Karakter Riley Beranjak Remaja di Film "Inside Out 2"
Poster "Inside Out 2".

JAKARTA - Sembilan tahun setelah perilisan "Inside Out" pertama, Disney dan Pixar kembali dengan sekuelnya yang mengajak penonton menyelami pikiran Riley yang kini mulai beranjak remaja.

Jika di film pertama Riley menghadapi masa kanak-kanak dan kepindahan keluarganya dari Minnesota ke San Francisco, kali ini Riley menemukan rumah baru di antara sahabat-sahabatnya, Bree dan Grace. Para emosi yang digambarkan sebagai sosok-sosok lucu berwarna-warni masih bekerja sama di Headquarters. Joy, emosi bahagia, sudah berdamai dengan Sadness, emosi kesedihan, dan memahami pentingnya peran kesedihan dalam membentuk diri Riley.

Emosi lainnya seperti Fear, Disgust, dan Anger juga masih ada untuk membantu Riley menjalani hari-harinya. Masa kanak-kanak Riley berjalan lancar, membentuknya menjadi anak yang pintar, periang, baik hati, setia kawan, humoris, dan jagoan di tim hoki. Namun, suatu malam gejolak hormon mulai muncul ketika Riley menginjak usia 13 tahun di musim panas. Headquarters menjadi kacau dengan hadirnya emosi baru seperti Anxiety, Embarrassment, Ennui, Envy, dan nostalgia. Tombol pubertas menyala, menyebabkan kekacauan.

Riley mulai menavigasi emosi-emosi baru di masa remaja. Pubertas adalah fase penting yang membawa emosi-emosi baru, menggantikan emosi kanak-kanak dengan emosi dewasa. Kebahagiaan tergantikan oleh kepanikan, ketakutan ditutupi oleh kebosanan, yang kemudian menjadi sarkasme untuk menutupi rasa malu.

Anak-anak sering merasa perlu mendekatkan diri dengan teman sebaya dan mengenali seksualitasnya, yang dapat menimbulkan ketidakpastian jika tidak dinavigasi dengan baik. Sayangnya, orang tua sering tidak memahami gejolak ini dan menghindari membicarakannya, menyebabkan anak tidak siap menghadapi perasaan yang muncul.

Sutradara "Inside Out 2", Kelsey Mann, dengan apik menggambarkan perubahan fisik dan emosional Riley saat pubertas. Riley mengalami mood swing yang membuatnya menjadi menyebalkan bagi orang-orang di sekitarnya, termasuk sahabat, orang tua, pelatih hoki, dan calon kakak kelasnya.

Riley digambarkan menghadapi pubertas seperti dalam kamp keterampilan hoki akhir pekan, di mana dia ingin masuk tim impian. Pubertas mengenalkan emosi baru yang lebih kompleks, dipimpin oleh Anxiety (Maya Hawke), dengan Envy (Ayo Edebiri), Embarrassment (Paul Walter Hauser), dan Ennui (Adèle Exarchopoulos) yang bersekongkol.

Untuk masuk tim hoki impian, Riley harus menghadapi emosi-emosi barunya agar tidak menjadi pribadi yang bertentangan dengan nilai-nilai dirinya. "Inside Out 2" menunjukkan bagaimana dorongan yang tidak terkendali, seperti kepanikan, dapat merusak nilai diri seseorang.

Dalam film ini, Anxiety memainkan peran sebagai antagonis utama, membuat Riley sering membuat pilihan buruk untuk masa depannya. Kita diingatkan bahwa Anxiety, Embarrassment, dan Envy dapat membuat kita bertindak tanpa berpikir atau memperhatikan orang lain, bukan karena jahat, tetapi untuk mempertahankan diri.

Film ini didukung oleh Maya Hawke sebagai Anxiety, Amy Poehler sebagai Joy, Phyllis Smith sebagai Sadness, Lewis Black sebagai Anger, Tony Hale sebagai Fear, dan Liza Lapira sebagai Disgust. Film ini mendapat rekomendasi 96 persen dari lebih dari 2.500 peninjau di situs Rotten Tomatoes. Masih tayang di bioskop, "Inside Out 2" bisa menjadi pilihan seru untuk menghabiskan liburan sekolah bersama keluarga.

Sebagai tontonan liburan, film ini cocok untuk anak-anak dan orang tua. Anak-anak akan menikmatinya sebagai tontonan lucu, sementara orang tua bisa belajar memahami kondisi emosional anak-anak mereka. Adegan yang paling lucu adalah ketika Riley mengalami kemarahan hormonal pertama kali akibat pubertas, membentak ibunya, dan keluar rumah. Penonton diperlihatkan sekilas emosi ibunya, "Yah, itu pratinjau sepuluh tahun ke depan," kata satu emosi kepada yang lain.

"Inside Out 2" dengan cerdas memotret tantangan penemuan jati diri selama bertahun-tahun menjadi hanya satu akhir pekan yang sulit di kamp hoki, di mana persahabatan diuji dan kecanggungan tumbuh dewasa digambarkan sepenuhnya. Jangan buru-buru beranjak setelah film selesai karena Mann menyiapkan sejumlah adegan tambahan setelah kredit penutup. (ant)
 
 


Berita Lainnya