Internasional
Kamala Harris Janji Hentikan Perang di Gaza jika Jadi Presiden AS
JAKARTA - Calon presiden dari Partai Demokrat AS, Kamala Harris, pada Minggu (3/11/2024) berjanji akan melakukan segala upaya untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza jika terpilih sebagai presiden.
Pernyataan ini disampaikan dua hari sebelum Pemilu AS yang akan berlangsung pada 5 November 2024. "Tahun ini sangat berat, terutama melihat tingginya korban jiwa dan kerusakan di Gaza, serta banyaknya pengungsi dan korban sipil di Lebanon," ujar Harris.
"Sebagai presiden, saya akan melakukan segala yang mungkin untuk menghentikan perang di Gaza, membawa para sandera kembali, menghentikan penderitaan di Gaza, menjaga keamanan Israel, dan menjamin hak rakyat Palestina untuk hidup bermartabat, merdeka, aman, dan menentukan nasib sendiri," lanjutnya, yang disambut tepuk tangan meriah dalam kampanye di Michigan, salah satu negara bagian kunci dalam Pemilu AS.
Harris sangat membutuhkan dukungan di tujuh negara bagian krusial pada pemilu tahun ini, mengingat persaingan ketat dengan mantan Presiden dan kandidat Partai Republik, Donald Trump, di tingkat nasional. Menurut kompilasi survei dari RealClearPolitics, Trump unggul tipis dengan selisih hanya 0,1 persen secara nasional, dengan lima survei menunjukkan mereka berada dalam posisi seimbang.
Michigan, yang memiliki komunitas Arab dan Muslim besar serta 15 suara Electoral College, menjadi penting bagi peluang kemenangan Harris. Selain Michigan, negara bagian kunci lainnya termasuk Arizona, Georgia, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin.
Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin, yang sebelumnya menjadi basis Demokrat, kembali menjadi medan pertempuran utama setelah ketiganya sempat dimenangkan oleh Trump pada 2016 namun direbut kembali oleh Presiden Joe Biden pada 2020.
Harris dan Trump telah menghabiskan waktu yang signifikan untuk berkampanye di negara-negara bagian ini, dengan pemahaman hasil di masing-masing negara bagian tersebut dapat menentukan hasil pemilu. Hari Pemilu dijadwalkan pada 5 November, di mana rakyat Amerika akan memilih presiden, anggota kongres, serta pejabat negara bagian dan lokal.
Lebih dari 78 juta warga Amerika telah memberikan suara lebih awal, dengan sekitar 700.000 suara lebih banyak dari pemilih Demokrat dibandingkan dengan pemilih Republik, menurut data dari University of Florida Election Lab. (dan)