Laporan Haji 2024

Jemaah Haji Kloter Surabaya Ini Menangis Lihat Masjid Nabawi

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
15 Mei 2024 14:30
Jemaah Haji Kloter Surabaya Ini Menangis Lihat Masjid Nabawi
Muhammad Heppy (33) (kiri) dan Hari Suhartono (58) (kanan) anggota jamaah calon haji asal Lamongan yang tengah beribadah di Masjid Nabawi.

MADINAH - Muhammad Heppy (33) dan Hari Suhartono (58) tidak dapat menahan air mata saat pertama kali tiba di Masjid Nabawi setelah menjalani perjalanan panjang dengan pesawat. Keduanya adalah bagian dari kelompok terbang embarkasi Surabaya (SUB) dan baru tiba sehari di Madinah ketika tim Media Center Haji (MCH) menemui mereka di pelataran Masjid Nabawi pada Selasa.

Saat itu, kedua calon haji ini sedang bersiap-siap melaksanakan Shalat Dzuhur di area luar Masjid Nabawi. "Saya gemetar karena sangat gembira, senang, dan masih tidak percaya bahwa saya bisa berada di sini. Tidak pernah terpikirkan saya bisa ke sini," kata Heppy dengan dialek kentalnya. Heppy adalah salah satu dari jutaan orang yang mendapatkan panggilan dari Allah SWT. Namun, sebenarnya, Heppy bukanlah calon haji terdaftar; ia menggantikan posisi ayahnya yang tidak dapat berangkat haji karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan. Saat ini, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan Kementerian Agama RI telah memasukkan syarat Istithaah kesehatan dalam pelunasan biaya haji.

Heppy menceritakan perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia bisa mengunjungi Nabawi dan akan pergi ke Masjidil Haram di Makkah, tetapi di sisi lain, ia merasa sedih karena impian ayahnya untuk berhaji tidak terwujud. Heppy menggantikan ayahnya yang terkena stroke untuk menemani sang ibunda. "Semoga pahala yang seharusnya diterima bapak bisa melalui saya," katanya.

Hari Suhartono merasakan getaran yang sulit digambarkan ketika menginjakkan kaki di Masjid Nabawi untuk pertama kalinya. Perjuangan menabung dan menunggu selama 12 tahun terasa terbayar lunas. "Cukup terharu karena perjuangan, sabar, pasrah, itikaf, semuanya terasa terbayar," ujarnya. Jika dulu ia hanya melihat kemegahan Masjid Nabawi melalui siaran televisi, kini ia menjadi salah satu jamaah yang bisa beribadah langsung di Nabawi.

Hari merasakan bahwa setiap Muslim itu bersaudara, seperti yang sering disampaikan oleh ustad di tempat tinggalnya. Di Nabawi, ia selalu menyapa maupun disapa oleh jamaah dari negara lain, meskipun keterbatasan bahasa menjadi kendala. "Di dalam masjid, berbagai macam suku bangsa saling memberikan salam," ujarnya. Bagi Heppy dan Hari, datang ke Tanah Suci dan bisa beribadah di Masjid Nabawi menjadi pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan dan akan menjadi cerita pengantar tidur bagi anak dan cucu-cucunya kelak. (ant)
 

 


Berita Lainnya