Internasional
Israel Hancurkan Gudang Senjata Hizbullah
JAKARTA - Israel kembali melancarkan serangan udara ke Lebanon, dengan klaim menargetkan senjata milik kelompok Hizbullah yang disimpan di bawah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut.
"Militer Israel (IDF) sedang melakukan serangan yang ditargetkan pada senjata milik organisasi teroris Hizbullah," kata IDF, seperti dikutip AFP. Senjata tersebut diduga disembunyikan di bawah bangunan sipil di wilayah padat penduduk di selatan Beirut.
Meski dampak serangan belum sepenuhnya jelas, Lebanon mengonfirmasi jumlah korban jiwa terus bertambah dalam 24 jam terakhir. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan udara di daerah Haret Hreik, pinggiran selatan Beirut, menewaskan enam orang dan melukai 91 lainnya.
"Puing-puing masih disingkirkan dari lokasi tersebut," sebut Kementerian Kesehatan Lebanon. Sementara itu, stasiun televisi Hizbullah, Al-Manar, melaporkan bahwa puing-puing dari bangunan yang hancur memperlambat proses pencarian korban yang masih selamat.
Sebelumnya, Israel menyatakan telah melancarkan "serangan tepat terhadap markas Hizbullah," yang mereka klaim berada di bawah bangunan tempat tinggal di jantung Dahiyeh, wilayah selatan Beirut.
Al-Manar melaporkan bahwa tujuh bangunan hancur dalam serangan ini, dan Hizbullah langsung menutup lokasi tersebut serta meminta wartawan untuk menjauh.
Sumber dari kantor berita Axios menyebutkan bahwa pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menjadi target serangan. Namun, Hizbullah menegaskan bahwa Nasrallah dalam kondisi aman, dan informasi ini dikonfirmasi oleh Reuters serta kantor berita Iran Tsanim.
Di tengah serangan ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sedang berada di New York untuk menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB. Netanyahu menyatakan bahwa selama Hizbullah memilih jalan perang, Israel tidak punya pilihan lain selain melindungi warganya dari ancaman.
Akibat eskalasi konflik, sekitar 100.000 orang telah mengungsi di Lebanon dalam sepekan terakhir, menambah jumlah total pengungsi akibat konflik di negara itu menjadi lebih dari 200.000 orang. (dan)