Internasional

Iran Siap Lanjutkan Dialog Nuklir dengan AS

Perundingan dengan Eropa Masih Buntu

Redaksi — Satu Indonesia
2 hours ago
Iran Siap Lanjutkan Dialog Nuklir dengan AS

JEDDAH - Iran menyatakan kesiapannya untuk kembali ke meja perundingan dengan Amerika Serikat terkait isu nuklir, meski pembicaraan dengan negara-negara Eropa masih menemui jalan buntu.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam wawancara dengan harian Arab Saudi Asharq Al-Awsat yang terbit Rabu (27/8/2025). Wawancara dilakukan di sela kunjungan diplomatik Araghchi ke Jeddah.

Menurutnya, Iran sudah melakukan perundingan dengan tiga negara Eropa (E3) bersama Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Saat ini, diskusi difokuskan pada penyusunan kerangka negosiasi baru.

Terkait kemungkinan negosiasi tidak langsung dengan Washington, Araghchi menegaskan bahwa syarat utama Iran tetap sama: Amerika harus menjamin tidak akan melancarkan serangan selama proses perundingan berlangsung.

“Jika mereka datang dengan niat adil dan berlandaskan kepentingan bersama, itu akan menguntungkan kedua pihak. Namun, jika mereka mengira bisa mendapatkan apa yang gagal dicapai lewat meja perundingan melalui serangan militer, maka pembicaraan seperti itu mustahil terjadi,” ujarnya.

Sebelumnya, pada Juni lalu, AS bersama Israel menggempur sejumlah fasilitas nuklir Iran. Serangan itu dilakukan di tengah jalannya negosiasi nuklir. Pejabat AS bahkan mengakui ada operasi bersama yang dirancang untuk mengecoh Teheran demi kelancaran serangan. Akibat serangan tersebut, dialog Iran–AS terhenti.

“Kami sedang berada di pusat perundingan ketika Israel menyerang dengan dukungan Amerika. Karena itu, negosiasi berikutnya tidak mungkin sama seperti sebelumnya,” kata Araghchi.

Araghchi juga mengonfirmasi bahwa inspektur IAEA sudah kembali bertugas di reaktor nuklir Bushehr. Setelah serangan AS–Israel, Teheran sempat mengusir para inspektur dan bahkan mengesahkan undang-undang yang membatasi kerja sama dengan badan internasional itu.

Namun, Dewan Keamanan Nasional Iran yang berada di bawah otoritas Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei akhirnya memutuskan pengisian bahan bakar reaktor Bushehr tetap diawasi IAEA.

Meski demikian, Araghchi menekankan, kehadiran inspektur bukan berarti Iran dan IAEA sudah menyepakati aturan baru. “Belum ada teks final mengenai kerangka kerja sama yang diadopsi,” katanya kepada kantor berita Mehr.

Pernyataan itu sejalan dengan Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, yang menyebut timnya sudah kembali ke Iran. “Kami segera memulai kembali pengawasan,” katanya. 

Menurut Grossi, sejumlah fasilitas nuklir Iran memang mengalami kerusakan akibat serangan, sementara lainnya masih utuh. “Karena itu, kami tengah membahas modalitas praktis untuk melanjutkan pekerjaan,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox News.


Upaya Selamatkan JCPOA

Di sisi lain, Iran dan sejumlah negara Eropa tetap berupaya menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Namun, dua putaran perundingan terakhir, masing-masing di Turki pada Juli dan di Jenewa bulan ini, masih belum menghasilkan kesepakatan konkret.

Fokus utama negosiasi dengan Eropa adalah mencegah penerapan kembali sanksi terhadap Iran, yang akan diberlakukan jika Teheran dianggap tidak mematuhi komitmen nuklir.

Kesepakatan JCPOA awalnya dirancang untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi. Namun, pada 2018, Amerika Serikat keluar dari perjanjian setelah tekanan kuat dari Israel, lalu kembali menjatuhkan sanksi berat terhadap Teheran. (sa)


Berita Lainnya