Gaya Hidup

FIlm YouTube "Kami Memohon", Kisahkan Manusia Dikutuk Jadi Pohon

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
21 September 2024 14:00
FIlm YouTube "Kami Memohon", Kisahkan Manusia Dikutuk Jadi Pohon
Tiga tokoh dalam Film Kami Memohon yaitu (dari kiri) Morgan, Witan, Asri dan Lestari saat memasuki gerbang Desa Mohon Asri.

DENPASAR -Manusia dan pohon, dua makhluk yang sama-sama menumpang hidup di Bumi. Bedanya, manusia tidak secara alami membantu kehidupan pohon, tetapi pohon secara alami membantu manusia karena menghasilkan oksigen, elemen yang diperlukan manusia dan menyerap karbon dioksida yang meracuni manusia.

 Pohon memiliki banyak kontribusi untuk manusia dan seluruh makhluk hidup. Bukan hanya menyediakan oksigen gratis, tapi juga menjadi tempat penyimpanan karbon yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain di Bumi.

Pohon berperan penting dalam meredam gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Pohon berfungsi menyimpan karbon yang menjadi sumber utama penyebab pemanasan global.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut satu hektare yang dipenuhi pohon besar akan menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1.500 orang per hari, dan dapat menyerap 2,5 ton karbon dioksida. Satu hektare lahan berpohon juga dapat menyimpan 500 meter kubik air tanah per tahun dan selain itu dapat mentransfer air sebanyak 4.000 liter per hari.

Skornya menjadi 3-0 untuk keunggulan pohon, belum lagi manfaat lain pohon yang akarnya bisa menahan air, kayunya bisa menjadi bahan rumah, mebeler, perangkat kerja, dan banyak lagi. Mengimbangi kebaikan pohon itu untuk keberlanjutan kehidupan, maka manusia juga harus berbuat sesuatu agar pohon semakin banyak terpelihara dan terus diregenerasi.

Manusia Jadi Pohon

 Bisakah dibalik, jika manusia menjadi pohon? Nah inilah yang dinarasikan dalam web series "Kami Memohon", sebuah film sindiran untuk manusia. Film yang sekaligus mengajak generasi muda untuk lebih peduli kepada alam, terkhusus pohon, yang merupakan karunia dari penguasa alam untuk membantu manusia.

Pada peluncuran web series dari Bakti Lingkungan Djarum Foundation di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali, Rabu (18/9) malam, jurnalis diajak menyaksikan karya seni yang sengaja dibuat untuk menggugah generasi muda untuk peduli pada lingkungan.

Film berdurasi 45 menit dengan tiga episode itu sejak episode pertama sudah mengarahkan ide apakah manusia bisa menjadi pohon. Artinya pohon itu seperti manusia juga yang punya perasaan.

Sejumlah pesan kelestarian lingkungan muncul sepanjang narasi cerita yang diperankan lima tokoh utama, yaitu empat mahasiswa yang tengah melakukan kegiatan praktik bakti lingkungan di Desa Mohon Asri dan seorang tokoh sentral Embah Beringin.

Pesan untuk tidak mencabut pohon sembarangan, jangan melukai pohon, dan pohon adalah penolong manusia karena menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida, serta lapisan ozon yang makin menipis, muncul di tengah-tengah narasi.

Ilustrasi pohon yang punya perasaan, juga mempunyai mata dan tangan. Pohon juga akan berteriak dan menangis kalau dilukai, dipotong dahannya, bahkan kalau dicabut akarnya.

Bagaimana pohon menangis saat Morgan yang diperankan Mang Osa menggores kulit pohon untuk membuat ukiran ilustrasi cintanya pada Lestari yang diperankan oleh Amara Sophie?

 Representasi Watak Manusia

Menurut Sutradara Film "Kami Memohon", Ahmad Romi, empat karakter mahasiswa itu merupakan representasi dari watak manusia yang ada terhadap lingkungan. Ada yang suka merusak, ada yang tidak peduli, ada yang ikut-ikutan dan ada yang selalu bersuara keras untuk menyadarkan manusia mengenai pentingnya menjaga lingkungan.

Karakter Witan yang diperankan oleh Arnold Leonard, menurut Romi, adalah sosok yang mempunyai banyak literasi untuk menguatkan kesadaran lingkungan dan secara berani menyuarakan itu. Sosok ini merupakan refleksi para aktifis lingkungan dan ilmuwan yang selalu menggali secara ilmiah dan mencari data pendukung bahwa lingkungan rusak akan membawa malapetaka bagi manusia.

Sehingga kelompok ini terus bersuara untuk mengingatkan pentingnya menanam pohon, memelihara hutan, menjaga kualitas sungai agar ekosistem tetap terjaga dan tidak membawa malapetaka. Serial web “Kami Memohon” akan tayang setiap Sabtu, mulai 21 September 2024, pukul 19.00 WIB di akun YouTube Siap Darling (https://www.youtube.com/c/Siapdarling) ini diharapkan mampu menarik penonton, seperti web series sebelumnya.

Empat webseries sebelumnya, yaitu “Prince Darling” (2020), “Jumpa” (2022), “Healing Trip” (2022), dan “Pusaka” (2023), secara akumulatif telah ditonton lebih dari 17 juta kali. Film "Kami Memohon" juga tampil dalam nuansa horor, seperti serial sebelumnya "Pusaka", bahkan lebih horor nuansanya karena 70 persen menggambarkan suasana di malam hari. Pengambilan gambar film itu memang benar-benar di hutan, yaitu di kawasan Cipaniis, Kuningan, di kaki Gunung Ciremai.

Direktur Komunikasi Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara menjelaskan, sejak tahun 2018, BLDF telah mengampanyekan pelestarian Bumi melalui gerakan Siap Darling (Siap Sadar Lingkungan) dengan memberdayakan generasi muda sebagai ujung tombak program. Gerakan menyebarkan konten-konten positif melalui platform media sosial tentang kegiatan mencintai lingkungan dan Bumi dinilai efektif, sehingga memunculkan generasi yang tidak sekadar peduli terhadap lingkungan, tetapi juga melakukan aksi nyata. Sampai saat ini program BLDF sudah menanam 2,3 juta pohon dengan melibatkan 10.500 mahasiswa dari 240 lebih kampus. Penanaman itu juga termasuk 1,1 juta mangrove di berbagai daerah.

Sasaran kegiatan cinta lingkungan itu adalah generasi muda karena merekalah yang akan memegang tongkat kendali pemerintahan dan kemasyarakatan. Mau tau jalan cerita bagaimana manusia dikutuk menjadi pohon, dan bagaimana melepaskan kutukan itu, tontonlah filmnya di kanal You Tube. (ant)

​​​​​​​


Berita Lainnya