Internasional

FBI Antisipasi Serangan Balasan Pascapenembakan Donald Trump

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
17 Juli 2024 22:30
FBI Antisipasi Serangan Balasan Pascapenembakan Donald Trump
Joe Biden (kiri) dan Donald Trump (kanan).

ANKARA - Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) dan Biro Investigasi Federal (FBI) mengeluarkan buletin yang memperingatkan lembaga penegak hukum di seluruh negeri tentang kemungkinan serangan "lanjutan atau pembalasan" setelah percobaan pembunuhan mantan Presiden AS Donald Trump.

Buletin gabungan yang diterbitkan pada Senin malam oleh DHS dan FBI ini mendesak kewaspadaan dalam acara-acara mendatang terkait pemilu, karena kekhawatiran terhadap serangan "lanjutan atau pembalasan," menurut ABC News. Peringatan tersebut, yang dikeluarkan saat Konvensi Nasional Partai Republik dimulai di Milwaukee, mengimbau masyarakat untuk waspada dan melaporkan setiap perilaku mencurigakan.

Buletin ini menyatakan kekhawatiran atas potensi kekerasan di acara-acara terkait pemilu presiden 2024, mengutip potensi ancaman dari anggota komunitas daring. "FBI dan DHS tetap khawatir, terutama mengingat bahwa sejumlah individu di beberapa komunitas daring telah mengancam, mendorong, atau mereferensikan tindakan kekerasan sebagai respons terhadap percobaan pembunuhan tersebut," kata buletin itu.

Peringatan ini muncul beberapa hari setelah Trump, yang tengah mencalonkan diri kembali, selamat dari upaya pembunuhan saat kampanye di Pennsylvania pada Sabtu. Dia menghadiri konvensi pada Senin dengan cedera di bagian telinga kanannya. Pelaku penembakan, Thomas Matthew Crooks, 20 tahun, ditembak mati oleh Dinas Rahasia di lokasi kejadian. Trump tampak berdarah namun selamat dari serangan tersebut.

Otoritas federal masih menyelidiki motif penembakan itu, sembari mencatat bahwa "gaung dari topik-topik yang memecah belah dalam wacana publik" mungkin memicu ancaman baru. Buletin tersebut memperingatkan bahwa pelaku tunggal atau kelompok kecil mungkin terus menargetkan rapat umum politik dan acara kampanye.

Buletin ini juga mengakui kesulitan dalam menyeleksi ancaman semacam itu, mengingat "tingkat radikalisasi dan mobilisasi individu untuk melakukan tindak kekerasan sangat personal." Sebelum insiden tersebut, otoritas federal telah mengamati serangan dan rencana bermotif politik yang menargetkan pejabat pemerintah dan kandidat, di samping taktik mengganggu seperti ancaman bom palsu dan surat berisi bubuk putih yang dikirim ke kantor pemilihan.

Selama setahun terakhir, amplop berisi bubuk putih yang tidak berbahaya telah dikirim ke beberapa anggota parlemen dari Partai Republik di Kansas, Tennessee, dan Montana. Insiden tersebut menyoroti ancaman berkelanjutan yang dihadapi petugas pemilu dan petugas tempat pemungutan suara, dengan klaim palsu mengenai pemilu 2020 yang masih memicu ketegangan.

Upaya pembunuhan tersebut "memperkuat penilaian kami bahwa sasaran terkait pemilu berada dalam ancaman atau jenis insiden mengganggu lainnya yang kian meningkat," kata buletin itu. (ant)

 


Berita Lainnya