Laporan Haji 2024

Dokter Imbau Jemaah Haji Pasien Hipertensi Rajin Konsumsi Air dan Obat

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
18 Mei 2024 13:30
Dokter Imbau Jemaah Haji Pasien Hipertensi Rajin Konsumsi Air dan Obat
Jemaah calon haji Indonesia bisa mengisi botol air minum yang banyak berada di Masjid Nabawi saat di Madinah atau di Masjidil Haram saat di Mekkah. 

JAKARTA - Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension/INASH) mengingatkan kepada jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit hipertensi untuk rutin mengonsumsi air dan minum obat saat beribadah di tanah suci.

"Jangan hanya minum saat haus, tetapi minumlah secara teratur sedikit demi sedikit. Dengan minum seperti itu, Anda tidak akan sering buang air kecil. Namun, jika Anda langsung minum banyak, tubuh akan cepat buang air," kata Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, saat ditemui di Jakarta, Jumat. Menanggapi kegiatan ibadah haji tahun ini yang rentan terkena cuaca panas, Eka menjelaskan bahwa minum air putih secara teratur dapat membantu menjaga tubuh tetap terhidrasi dari panasnya cuaca di tanah suci.

Para jemaah dianjurkan untuk selalu membawa cadangan air minum, meskipun akses air mudah ditemukan. Air cadangan tersebut dapat dikonsumsi saat menunggu antrean di kamar mandi atau untuk mengatasi rasa haus selama ibadah. "Penyebab banyaknya kematian kemarin adalah dehidrasi. Saya selalu menyarankan, pastikan Anda memiliki cadangan air minum karena saat antre di toilet, jika merasa haus, Anda harus segera minum," ujar Eka.

Selain menghindari dehidrasi, minum air putih secara teratur juga dapat membantu mencegah risiko terkena heat stroke atau kelelahan panas, kebingungan, bahkan kehilangan kesadaran. Eka juga menekankan pentingnya mengonsumsi obat secara teratur. Pengobatan hipertensi harus dilakukan sepanjang hidup dan tidak boleh dihentikan meskipun pasien merasa kondisinya membaik. Obat-obatan yang diminum akan membantu mencegah kerusakan organ dalam tubuh akibat hipertensi, seperti kerusakan fungsi ginjal.

Selain itu, Eka juga menyarankan agar jemaah menghindari makanan yang mengandung garam berlebih. Jika ingin menyantap makanan asin, konsumsilah garam tidak lebih dari lima gram per hari atau setara dengan satu sendok teh per orang per hari. Dalam kesempatan itu, Eka juga menjelaskan bahwa cuaca panas tidak secara langsung menyebabkan seseorang terkena hipertensi. Otak sebagai pengatur utama dalam tubuh memiliki mekanisme yang dapat merespons perubahan suhu lingkungan.

"Dampak cuaca panas hanya bersifat sementara. Begitu tubuh terpapar suhu yang lebih dingin, gejalanya akan berkurang secara bertahap," tambahnya. "Eka juga menjelaskan bahwa tekanan darah dipengaruhi oleh neurohormonal. Ada reseptor panas dan dingin di otak yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap suhu lingkungan," ujarnya. (ant)
 
 


Berita Lainnya