Gaya Hidup

Cegah Gangguan Tidur, Lakukan Diet Nabati Ini

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
24 Februari 2024 11:00
Cegah Gangguan Tidur, Lakukan Diet Nabati Ini
Kombinasi makanan sehat.

JAKARTA - Penurunan berat badan dan olahraga seringkali disarankan sebagai pendekatan umum untuk mengobati sleep apnea, gangguan tidur yang serius dengan gejala seperti mendengkur keras.

Namun, studi baru menemukan bahwa selain dari pembatasan kalori dan penurunan berat badan, diet individu juga dapat memainkan peran dalam mempengaruhi risiko sleep apnea. Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal ERJ Open Research, orang yang mengonsumsi diet nabati sehat yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan memiliki 19 persen kemungkinan lebih rendah untuk mengalami sleep apnea dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi diet yang tidak sehat.

"Hasil ini menyoroti pentingnya kualitas diet kita dalam mengelola risiko OSA (obstructive sleep apnea)," kata peneliti utama Yohannes Melaku. Sleep apnea menyebabkan gangguan pernapasan sering selama tidur, mengakibatkan gejala seperti mendengkur, kelelahan, kantuk siang hari, dan kadang-kadang, insomnia. Lebih dari 30 juta orang dewasa di Amerika Serikat menderita sleep apnea.

Ada dua jenis sleep apnea, yaitu central sleep apnea (CSA) yang timbul dari masalah dalam regulasi pernapasan oleh otak selama tidur, dan obstructive sleep apnea (OSA), disebabkan oleh kondisi yang menghalangi aliran udara melalui saluran udara atas selama tidur.

Selain perubahan gaya hidup, praktisi kesehatan mungkin merekomendasikan penggunaan continuous positive airway pressure (CPAP) bagi orang-orang dengan sleep apnea sedang hingga parah. CPAP adalah mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat tidur. Sleep apnea yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko kondisi kesehatan termasuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, gagal jantung, stroke, dan penyakit ginjal.

Studi ini didasarkan pada data dari lebih dari 14.000 individu yang merupakan bagian dari Survei Kesehatan dan Nutrisi Nasional Amerika Serikat. Para peneliti mengkaji diet para partisipan, dan berdasarkan apa yang mereka makan selama 24 jam terakhir, mereka dikategorikan ke dalam tiga kelompok: diet nabati sehat, diet kaya akan makanan hewani, dan diet nabati yang tidak sehat.

Para partisipan juga ditanyai apakah mereka mengalami obstructive sleep apnea. "Orang-orang dengan diet yang paling tinggi kandungan makanan nabati cenderung memiliki risiko 19 persen lebih rendah untuk menderita OSA, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi jumlah makanan nabati yang paling rendah," demikian rilis berita tersebut menyatakan.

Para peneliti mengamati hubungan antara diet nabati dan risiko sleep apnea lebih menonjol pada pria, sementara diet nabati yang tidak sehat memiliki dampak yang lebih signifikan pada risiko wanita. "Hasil ini menyoroti pentingnya kualitas diet kita dalam mengelola risiko OSA. Penting untuk dicatat perbedaan-perbedaan jenis kelamin ini karena mereka menekankan perlunya intervensi diet yang dipersonalisasi bagi orang-orang dengan OSA," kata Melaku. (ant)


Berita Lainnya