Gaya Hidup

Cegah Botak Total! Perhatikan Cara Keramas yang Benar

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
27 Juli 2024 15:30
Cegah Botak Total! Perhatikan Cara Keramas yang Benar
Ilustrasi Kebotakan

JAKARTA - Dokter spesialis dermatologi lulusan Universitas Indonesia, dr. Arlene Rainamira, SpDV, menjelaskan risiko kebotakan yang dapat dialami oleh pria maupun wanita serta cara meminimalkannya agar rambut tetap terawat dengan baik.

"Masalah kebotakan memang bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan dan sering kali disebabkan oleh faktor genetik," ujar dokter yang berpraktik di RSIA Kemang Medical Care saat ditemui dalam acara bincang-bincang di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jika seseorang memiliki genetik kebotakan, masalah tersebut sulit dihindari. Biasanya, kebotakan pada pria mulai terjadi saat memasuki usia 30-an, sementara pada wanita di atas usia 30-40 tahun.

"Kebotakan memiliki pola khusus, biasanya dimulai di bagian depan atau tengah kepala, dan semakin lama bisa menjadi semakin tipis hingga botak secara keseluruhan," jelas Arlene. Meskipun begitu, Arlene menyarankan agar pasien tetap merawat rambut secara rutin untuk menghindari masalah kesehatan rambut yang lebih parah.

"Perawatan rutin tetap penting, gunakan sampo dengan cara memijat kulit kepala dan hindari menggosok-gosok rambut," kata Arlene. Selain itu, gunakan kondisioner di bagian batang rambut dan masker rambut sesuai kebutuhan. Setelah itu, keringkan rambut dengan handuk selama sekitar lima menit tanpa memeras atau menggosoknya.

Jika kebotakan sudah parah, Arlene menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter agar diberikan pengobatan yang sesuai, mulai dari pemberian obat hingga transplantasi rambut. "Jika kebotakannya sudah ekstrem, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk pengobatan khusus alopecia," tambahnya. "Terapinya bisa berupa obat, obat oles atau obat minum, terapi cahaya tingkat rendah, suplemen, micro needling, PRP, dan yang terakhir adalah transplantasi rambut."

Arlene menjelaskan setiap perawatan untuk mengatasi kebotakan memiliki risiko dan efek samping tertentu. Misalnya, obat yang tidak cocok dengan kondisi kesehatan pasien dapat menyebabkan iritasi atau kemerahan, sementara transplantasi rambut dapat menimbulkan infeksi jika kebersihan tidak dijaga dengan baik.

Namun, risiko-risiko tersebut dapat dihindari jika pasien mematuhi saran dokter dan rutin memeriksakan diri. Hal ini dilakukan agar dokter dapat memantau efektivitas pengobatan kebotakan yang telah diberikan. "Biasanya, tempat transplantasi rambut akan memantau lagi penyebab kebotakan tersebut," tutup Arlene. (ant)


Berita Lainnya