Laporan Khusus

Bangsa Indonesia Sambut Gembira Fatah-Hamas dan Faksi Lainnya Bersatu Demi Gaza

Mulyana — Satu Indonesia
25 Juli 2024 19:25
Bangsa Indonesia Sambut Gembira Fatah-Hamas dan Faksi Lainnya Bersatu Demi Gaza
Musni Umar

JAKARTA - Juru bicara Alumni Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Musni Umar, mengemukakan Indonesia yang mayoritas muslim menyambut gembira terjadinya perdamaian antara Fatah, Hamas dan faksi-faksi lainnya di Palestina demi Gaza. Pedamaian dilatar belakangi pembumi hangusan dan genosida oleh rezim Israel.

Perjanjian damai itu disepakati dan ditanda tangani oleh Hamas dan Fatah di China yang disebut demi persatuan nasional pada Selasa (23/7/2024). Media memberitakan, pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk  mengumumkan bahwa Hamas  dan 14 faksi lainnya telah menandatangani perjanjian damai dengan kelompok Palestina lainnya termasuk Fatah saat melakukan kunjungan ke China.

"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional. Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya," kata Abu Marzuk, dilansir AFP.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi memuji kesepakatan 14 faksi Palestina untuk membentuk "pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara" untuk memerintah Gaza setelah perang.  Faksi-faksi Palestina termasuk Hamas dan Fatah bertemu di Beijing minggu ini dalam upaya baru untuk rekonsiliasi.

Misi Damai JK

Musni Umar mengatakan,  Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan 12, Jusuf Kalla, telah melakukan kunjungan ke Doha, Qatar, untuk melakukan pertemuan dengan Ismail Haniya, pemimpin politik Hamas. Dalam pertemuan tersebut (12/7/2024). JK menyerukan agar kelompok Hamas menunjukkan persatuan dan kebersamaan dengan (kelompok) Al Fatah. Begitu pula hubungan internal Hamas sendiri.”

Jusuf Kalla menyampaikan hal itu secara langsung kepada Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas dalam pertemuan di Doha, Jumat (12/7/2024). Dia menegaskan bahwa tanpa kesatuan aspirasi dan institusi, hanya akan menambah pelik penyelesaian masalah Gaza.

”Selain itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi patut diapresiasi karena sangat gencar menyuarakan dukungan Indonesia terhadap bangsa Palestina,” kata Musni Umar.  

Perdamaian Hamas-Fatah

Musni Umar menyebut perpecahan antara Hamas dan Fatah tidak lepas dari arah perjuangan. Faksi Fatah memilih berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Palestina dengan cara diplomasi. Perjuangan secara damai disambut oleh banyak negara di dunia, sehingga fraksi Fatah dianggap mewakili bangsa Palestina.

Sebaliknya,  Hamas dan faksi lainnya berpandangan bahwa untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina harus dengan mengangkat senjata. ”Perpecahan dua faksi perjuangan Palestina itu semakin menjadi-jadi setelah Hamas menang dalam  pemilu dan menguasai Gaza,” kata Musni Umar.  

Akan tetapi, Amerika Serikat,  Barat dan dunia Arab pada umumnya hanya mengakui Palestina di bawah fraksi Fatah. Sementara Hamas bukan saja tidak diakui, tetapi dicap sebagai teroris. Namun realitas politik di kalangan rakyat Palestina yang diterima dan didukung adalah Hamas.

Serbuan sayap militer Hamas Al-Qassam ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 militer dan rakyat Israel.  Kondisi itu membuat PM Israel Benyamin Netanyahu murka lalu mengobarkan perang terhadap Hamas. Dia membuat misi menghabisi Hamas. ”Perang yang dikobarkan Israel sangat brutal karena mereka membunuh mayoritas ibu-ibu dan  anak-anak di Gaza dan menghancurkan rumah sakit dan seluruh fasilitas perumahan,” sebut Musni Umar.

Berbagai negara di dunia berdemonstrasi mendukung rakyat Palestina yang mengalami genosida dan mengecam zionis Israel. PBB mengeluarkan resolusi agar segera dihentikan perang brutal di Gaza.  Tetapi Israel bergeming.

Perang semakin meluas karena Hizbullah di Libanon, Houthi di Yaman,  pejuang di Suriah dan Irak yang didukung Iran, ikut berperang membela Palestina dalam melawan Israel yang didukung Amerika Serikat dan Barat. Situasi yang amat sulit dan menyedihkan terhadap nasib rakyat Palestina di Gaza.

”Alumni Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an yang alumninya tersebar di seluruh Indonesia, di Malaysia, dan negara lain merasa bersyukur dan gembira terwujudnya persatuan nasional Palestina, karena tidak ada kemenangan tanpa persatuan,” kata Musni Umar. (mul)


Berita Lainnya