Metropolitan
Awas Ketularan Rabies! Hati-Hati Elus Kucing atau Anjing
JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar menyosialisasikan bahaya penyakit rabies kepada masyarakat, termasuk kepada siswa di berbagai sekolah, guna mempertahankan status Jakarta sebagai wilayah bebas rabies.
Sekretaris Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taga Radja Gah, yang mewakili Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo, menyampaikan hal ini dalam seminar daring bertajuk "Mempertahankan Provinsi DKI Jakarta Bebas Rabies," yang digelar oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta pada Senin. Dengan jumlah sekitar 8.000 satuan pendidikan negeri dan swasta serta 1,3 juta siswa di Jakarta, Taga menekankan pentingnya sosialisasi rabies secara masif agar Jakarta tetap bebas dari penyakit ini.
Kegiatan sosialisasi ini juga diadakan dalam rangka memperingati Hari Rabies Sedunia 2024, berkolaborasi antara Dinas KPKP dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Taga menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan, terutama dalam hal menyayangi hewan peliharaan, yang juga terkait dengan pendidikan karakter di sekolah. Rabies adalah penyakit menular yang berbahaya, dengan tingkat kematian yang tinggi. Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami bahaya rabies secara menyeluruh. Menurut pakar kesehatan hewan drh Eka Wulandari, rabies tidak hanya mematikan bagi hewan, tetapi juga bagi manusia. Virus rabies ditularkan melalui air liur hewan yang terinfeksi dan masuk ke dalam tubuh melalui saraf.
"Virus akan menetap di otak, dan semakin dekat lokasi gigitan dengan otak, semakin cepat seseorang meninggal," ujar Eka. Ia juga menjelaskan bahwa gigitan di tangan lebih cepat mempengaruhi otak dibandingkan gigitan di kaki. Gejala rabies pada hewan, terutama anjing dan kucing, termasuk kepekaan terhadap cahaya, gerakan, dan suara, serta perilaku tiba-tiba menggigit, mengeluarkan air liur berlebihan, dan mulut berbusa. Eka mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati saat bertemu dengan hewan liar dan tidak sembarangan menyentuhnya.
"Hati-hati jika bertemu hewan liar, jangan langsung dielus. Perhatikan dulu apakah ada gejala rabies atau tidak. Namun, tidak semua hewan yang mengeluarkan air liur berarti terinfeksi rabies," tutup Eka. Jika ada hewan yang terus-menerus mengeluarkan air liur, masyarakat disarankan untuk segera melaporkannya ke dinas terkait. (ant)