Internasional

Analis Peringatkan Ancaman Kehancuran bagi Israel Akibat Perang Gaza yang Berlarut-larut

Mulyana — Satu Indonesia
30 Desember 2024 22:15
Analis Peringatkan Ancaman Kehancuran bagi Israel Akibat Perang Gaza yang Berlarut-larut
Tentara penjajah Israel (Foto: Istimewa)

TEL AVIV – Perundingan gencatan senjata di Gaza terus terhenti akibat sikap keras Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan berbagai penghalangan yang disengaja. Beberapa analis Israel dan Barat kini memperingatkan bahwa situasi dapat berubah menjadi suram bagi Tel Aviv jika perang terus berlanjut.

Selama 10 bulan terakhir, militer Israel telah menggempur Gaza tanpa henti, menewaskan lebih dari 40.000 orang. Namun, tidak ada indikasi bahwa Hamas, di bawah kepemimpinan Yahya Sinwar, berencana untuk menyerah. Kelompok perlawanan Palestina tetap melancarkan serangan gerilya dan menahan sandera.

"Negara ini benar-benar sedang berlari kencang menuju jurang kehancuran. Jika perang yang melelahkan melawan Hamas dan Hizbullah terus berlanjut, Israel akan runtuh dalam waktu tidak lebih dari setahun," tulis Yitzhak Brik, mantan jenderal tinggi Israel, dalam sebuah artikel di Haaretz.

Penyebab Potensial Kehancuran Israel
1. Perang di Gaza, Lebanon, dan Iran
Menurut Brik, eskalasi konflik di Gaza, serangan terhadap warga Israel di Tepi Barat, dan penurunan motivasi militer telah memperburuk situasi. Selain itu, tekanan internasional berupa boikot ekonomi dan embargo senjata semakin memperlemah posisi Israel.

Brik menuding Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan Kepala Staf Angkatan Darat Herzi Halevi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kebijakan destruktif di Gaza. Ia menyebut mereka sebagai "tiga pembakar" yang telah memicu konflik dengan Hizbullah dan Iran, yang berpotensi meluas menjadi perang regional.

"Mereka bermain api dengan tindakan sembrono seperti pembunuhan pemimpin penting Palestina, yang dapat memicu seluruh Timur Tengah," tegas Brik.

2. "Mati Bersama Orang Filistin"
Brik menggambarkan perang Netanyahu di Gaza sebagai keputusan bunuh diri, merujuk pada kisah Simson dalam Alkitab yang mengatakan, "Biarkan aku mati bersama bangsa Filistin." Ia menilai kebijakan Netanyahu di Gaza sebagai perangkap yang berisiko besar bagi Israel.

Omer Bartov, seorang sarjana Israel, menyebut perang Gaza sebagai simbol jurang pemisah antara Israel dan dunia luar. Ia menilai bahwa tujuan Netanyahu untuk membasmi Hamas secara total tidak realistis dan hanya memperburuk situasi.

3. Kehancuran Tanpa Batas
Bartov memperingatkan bahwa perang tanpa tujuan politik yang jelas, seperti yang dilakukan Netanyahu, hanya akan membawa kehancuran. Ia mengutip Carl von Clausewitz, ahli strategi militer Jerman, yang mengatakan bahwa perang tanpa tujuan politik adalah perpanjangan kehancuran.

"Peperangan yang tidak terarah ini pada akhirnya hanya dapat menyebabkan penghancuran diri," ujar Bartov, merujuk pada dampak psikologis dan sosial terhadap masyarakat Israel.

Dampak Jangka Panjang
Analis memperingatkan bahwa perang yang terus berlangsung di Gaza hanya digunakan sebagai alat politik oleh Netanyahu untuk mempertahankan kekuasaannya. Brik menegaskan bahwa Israel kini berada di ambang kehancuran eksistensial dan dapat mencapai titik tidak bisa kembali jika kebijakan ini terus berlanjut. (mul)

 
#PerangGaza #Israel #Hamas #BenjaminNetanyahu #KonflikTimurTengah #KrisisGaza #PerdamaianDunia #BeritaInternasional #Zionisme #Hizbullah


Berita Lainnya