Gaya Hidup

Anak di Atas Dua Tahun Boeh Konsumsi Jajanan Pasar 

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
08 September 2024 09:00
Anak di Atas Dua Tahun Boeh Konsumsi Jajanan Pasar 
Penjual menyiapkan jajanan khas Korea Selatan di salah satu stand di area festival kuliner di Taman Literasi Marta Christina Tiahahu, Jakarta, Minggu (23/6/2024).

JAKARTA - Pakar kesehatan, dr. Shane Tuty Cornish, CBS, IBCLC, menyatakan anak di atas usia dua tahun diperbolehkan mengonsumsi jajanan pasar dan makanan ringan seperti bubur kacang hijau, asalkan tidak mengandung gula yang tinggi.

"Orang tua boleh memberikan makanan ringan seperti bubur kacang hijau, buah, dan jajanan pasar, namun sebaiknya hindari yang tinggi gula," ujar Shane yang berpraktik di RSIA Tambak, Jakarta, pada Minggu.

Shane menjelaskan bahwa konsumsi makanan tinggi gula dapat memicu kenaikan berat badan yang pada akhirnya berisiko menyebabkan diabetes. Ia juga mengingatkan bahwa komplikasi diabetes pada anak bisa mencakup retinopati diabetik, glaukoma, katarak, kerusakan saraf, penyakit pembuluh darah seperti serangan jantung dan stroke, penyakit gusi, kerusakan gigi, infeksi, dan masih banyak lagi.

Shane mengajak orang tua untuk memberikan contoh baik kepada anak-anak dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat, karena anak yang sehat adalah cerminan dari orang tuanya. Ia juga menyarankan cara mencegah diabetes dengan menjaga berat badan ideal, serta mengurangi berat badan jika berlebih dengan menjalani diet rendah kalori dan rendah lemak.

"Jika berat badan berlebih, usahakan untuk menguranginya sekitar 5-10 persen dengan diet kalori dan rendah lemak," ujarnya. Selain itu, Shane menganjurkan untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari minuman manis dan bersoda, berolahraga minimal 30 menit sehari, serta membatasi penggunaan gawai.

Sementara itu, Erwin Setiawan dari Anak Pangan Indonesia menyoroti bahaya makanan ultra proses yang mengandung lebih banyak kalori dibandingkan makanan alami. Menurutnya, makanan ini memberikan kalori tambahan yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan karena kepadatan kalori, rendah serat, serta tinggi lemak, gula, dan garam.

"Makanan ultra proses mengandung sekitar 500 kalori lebih banyak per hari dibandingkan makanan alami," kata Erwin. Ia menyarankan untuk memilih makanan yang tidak mengalami pengolahan signifikan (real food), seperti umbi, daging, sayuran, dan biji-bijian, yang merupakan sumber pangan lokal yang melimpah di Indonesia.

Erwin juga menjelaskan bahwa masyarakat sering kali berhadapan dengan produk ultra proses, seperti jus buah yang telah diubah menjadi konsentrat, atau camilan sayuran yang mengandung pewarna, pemanis, pengemulsi, dan pengawet, sehingga menyebabkan ketergantungan.

Erwin menekankan pentingnya penerapan keamanan pangan oleh industri makanan, serta menyarankan orang tua untuk memperhatikan sarapan anak. Menurutnya, banyak menu sarapan yang tidak tepat, seperti sereal, roti, dan susu yang sebenarnya mengandung gula dalam jumlah besar.

"Sarapan seperti itu membuat anak mengonsumsi gula ganda," tutup Erwin. (ant)

 


Berita Lainnya