Internasional

Al Qur'an Dibakar, Erdogan: Barat Kenapa Diam?!

Heri Kurniawan, Turki — Satu Indonesia
04 Juli 2023 23:37
Al Qur'an Dibakar, Erdogan: Barat Kenapa Diam?!

ISTANBUL. Pemerintah Turki berharap, kerusuhan sebagai dampak dari penembakan oleh polisi terhadap demonstran di Perancis segera berakhir. Turki khawatir, peristiwa ini akan mengarah pada gelombang tekanan dan intimidasi baru terhadap imigran dan umat Islam.

“Kami berharap, peristiwa yang baru-baru ini terjadi, yang mengkhawatirkan kita semua, dapat berakhir sesegera mungkin sebelum lebih banyak darah ditumpahkan dan kerusuhan semakin memburuk,” kata Erdogan setelah pertemuan Kabinet, Senin (3/7/2023) di Ankara.

Ditambahkan, kasus penembakan oleh oknum polisi itu, sebagai cerminan dari persepsi arogan dari pria kulit putih di banyak negara barat. Diskriminasi sudah menjadi norma sosial. “Di negara-negara yang dikenal masa lalunya adalah kolonialis, rasisme budaya telah berubah menjadi rasisme institusional.” ujar Erdogan. .

Aksi protes hingga menjadi kerusuhan yang menyebar ke banyak kota di Perancis ini, berawal ketika seorang petugas polisi menembak Nahel M, seorang anak berusia 17 tahun keturunan Aljazair, yang mencoba melarikan diri ketika diberhentikan di pinggiran kota Paris, Nanterre.

Pada hari minggu malam (2/7/2023) atau malam keenam demonstrasi di Perancis, polisi menangkap 157 orang. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan penangkapan pada dua malam sebelumnya yaitu mencapai 1.311.

Erdogan mengatakan, hal itu juga penting untuk diperhatikan bahwa mereka yang sebelumnya mencoba mengajarkan pelajaran kepada Turki tentang hak, hukum, dan demokrasi, hari ini jatuh ke dalam keheningan yang dalam.

“Tentu saja, kami tidak memaafkan penjarahan toko. Protes jalanan, tidak bisa menjadi metode yang sah untuk mengklaim hak. Namun, jelas bahwa pihak berwenang juga harus belajar dari ledakan sosial ini,” katanya.

Erdogan juga mengutuk keras pembakaran Al-Quran di Stockholm pada minggu lalu yang dilindungi oleh pihak kepolisian. Penistaan terhadap Al-Quran tersebut dianggap menghancurkan perasaan umat Islam dan tidak sesuai dengan nilai kemanusian yang paling dasar.

“Serangan pengecut terhadap kitab suci kita Al-Qur’an, di Stockholm, ibukota Swedia, telah membuat kita semua marah. Ini adalah kejahatan kebencian yang dipicu oleh Islamofobia,” tambahnya di hadapan anggota kabinet.

Erdogan menyampaikan, semua itu adalah kebebasan berekspresi yang salah. Ia juga mengkritik Barat karena tidak mengambil langkah apa pun dalam perang melawan pelanggaran semacam itu.

Menurut Erdogan, tindakan provokatif tersebut bertepatan dengan Idul Adha, salah satu hari besar umat Islam yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa ini semakin memperburuk hubungan Swedia dengan Turki. Sejak pecahnya perang Ukraina-Rusia, Swedia menjadi negara yang sangat berhasrat untuk dapat bergabung dengan NATO, namun Turki yang merupakan anggota lama NATO masih enggan untuk memberikan persetujuannya terhadap Swedia. Ini karena Swedia dianggap melindungi kelompok Teroris PKK yang menjadi ancaman bagi Turki. (*)


Berita Lainnya