Nasional

Tragedi Pembunuhan Lebak Bulus

Pelajar Diduga Depresi hingga Tega Bunuh Ayah dan Nenek

Mulyana — Satu Indonesia
20 hours ago
Tragedi Pembunuhan Lebak Bulus
Anak Usia 14 Tahun yang Bunuh Ayah dan Neneknya di Lebak Bulus. (Foto: Istimewa)

JAKARTA – Sebuah tragedi menggemparkan terjadi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Seorang pelajar berinisial MAS (14) diduga membunuh ayahnya, APW (41), dan neneknya, RM (62), dengan senjata tajam. Selain itu, ibu MAS mengalami luka berat dan saat ini masih dirawat di rumah sakit.

Pihak kepolisian terus menyelidiki motif di balik tindakan keji ini. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Gogo Galesung, menyebut pelaku mengaku mendengar bisikan yang mengganggunya. "Interogasi awal menyebutkan pelaku merasa tidak bisa tidur dan terganggu oleh hal-hal yang membisikinya," ujar Gogo, Selasa (3/12/2024).

Keterangan Guru Les dan Media Sosial

Seorang guru les MAS, melalui unggahan di media sosial, mengungkapkan kondisi pelaku sebelum kejadian. Akun X (sebelumnya Twitter) dengan nama @saya160560, yang mengaku sebagai guru les pelaku, menyebut MAS sebagai siswa pendiam namun cerdas.

"Saya kenal anak ini. Di kelas, dia pintar dan pendiam, tapi belakangan terlihat sering lesu dan tidak bersemangat," tulisnya, Rabu (4/12/2024). Guru tersebut juga mengungkapkan bahwa pelaku kerap mengeluhkan tekanan dari orang tuanya, termasuk ambisi untuk masuk ke Universitas Indonesia.

Menurutnya, pelaku sering membuat status WhatsApp berisi keluhan terkait tugas sekolah dan les tambahan. "Dia pernah memposting status WA, mengeluhkan dimarahi orang tuanya karena hasil try out," ungkap guru tersebut.

Pengakuan Warganet

Unggahan di media sosial lainnya juga mengungkapkan cerita serupa. Akun Instagram @aci_islandi, yang mengaku mengenal keluarga pelaku, menyebutkan bahwa MAS telah lama hidup dalam tekanan.

"Pelaku adalah teman anak saya saat SD. Saya iba melihatnya karena sejak kecil dia mengalami tekanan akibat ambisi orang tuanya," tulis akun tersebut. Diceritakan pula bahwa pelaku sering kelelahan akibat jadwal belajar yang padat, bahkan saat masih duduk di kelas 4 SD.

Penyelidikan dan Dukungan Psikologis

Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Ade Rahmat Idnal, mengatakan kondisi MAS kini mulai stabil. Pelaku telah menjalani pemeriksaan psikologis untuk mendalami motif tindakan tersebut.

"Pelaku sudah mulai bisa diajak bicara dan menjawab pertanyaan. Kami akan melibatkan psikolog anak dan psikiater untuk memastikan kondisi mentalnya," ujar Ade Rahmat.

Polisi berkomitmen merangkai kronologi kejadian secara detail guna mengungkap motif sebenarnya. Tragedi ini juga menjadi peringatan akan pentingnya kesehatan mental anak dan perlunya perhatian serius terhadap tekanan dalam lingkungan keluarga.

Kasus ini terus menjadi perhatian publik, memicu diskusi tentang tekanan pendidikan, ambisi orang tua, dan pentingnya dukungan psikologis bagi anak-anak. Investigasi lebih lanjut diharapkan dapat memberikan jawaban yang jelas sekaligus mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. (mul)


Berita Lainnya