Olahraga

Petinju Cindy Ngamba Raih Medali, Simbol Kemenangan 120 Juta Pengungsi

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
09 Agustus 2024 14:00
Petinju Cindy Ngamba Raih Medali, Simbol Kemenangan 120 Juta Pengungsi
Petinju Tim Olimpiade Pengungsi Cindy Ngamba (merah) bertanding melawan petinju Panama Atheyna Bibeichi Bylon (biru) dalam semifinal cabang olahraga tinju kelas 75kg putri Olimpiade Paris 2024 di Stadion Roland-Garros, Paris, Kamis (8/8/2024).

JAKARTA - Petinju putri Cindy Ngamba mencetak sejarah dengan meraih medali perunggu, medali pertama bagi Tim Olimpiade Pengungsi, sebuah pencapaian yang lebih dari sekadar prestasi atletik, tetapi juga merupakan simbol perjalanan inspiratif bagi salah satu dari 120 juta pengungsi di seluruh dunia.

Ngamba, yang lahir di Kamerun dan kemudian mencari perlindungan di Inggris pada usia 11 tahun, harus mengakui keunggulan petinju asal Panama, Atheyna Bylon, yang merupakan unggulan ketujuh, dalam semifinal kelas 75 kg putri. Kekalahan melalui keputusan terpisah (split decision) ini menghentikan langkah Ngamba menuju final. Namun, dalam olahraga tinju, medali perunggu tetap diberikan kepada petinju yang kalah di babak semifinal.

Tim Olimpiade Pengungsi pertama kali tampil di Olimpiade Rio 2016, dan dibentuk untuk mewakili para pengungsi di seluruh dunia. Pada Olimpiade Paris 2024, ada 37 atlet dari lebih dari selusin negara yang berkompetisi untuk tim ini. Ngamba berhasil lolos ke Olimpiade dan memenangkan dua pertandingan di Paris, yang membawanya ke babak semifinal. Meskipun menghadapi lawan yang lebih tinggi dari Panama, petinju berusia 25 tahun ini menunjukkan keberanian dengan terus menyerang sepanjang pertandingan.

Setelah tertinggal di ronde pertama, Ngamba bangkit di ronde kedua dan terus berjuang hingga ronde terakhir. Meskipun Bylon mendapat pengurangan satu poin pada ronde ketiga, dia masih berhasil meraih kemenangan, yang disambut ketidakpuasan dari penonton di Roland Garros, tempat berlangsungnya pertandingan yang biasanya menjadi arena turnamen tenis French Open.

Ngamba tidak memberikan komentar kepada wartawan setelah pertandingan, namun Bylon mengungkapkan rasa hormatnya terhadap Ngamba, menyebutnya sebagai petinju yang sangat kuat. "Semua lawan saya sangat kuat, dan mereka semua mengejar tujuan yang sama," kata Bylon, seperti dilaporkan oleh AFP, Jumat.

Ngamba, yang pindah ke Inggris saat masih kecil, harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk intimidasi di sekolah karena bahasa Inggrisnya yang kurang lancar dan masalah berat badan. Namun, dia menemukan pelarian dalam dunia tinju dan berhasil lolos untuk berkompetisi di Olimpiade. Inggris sempat berupaya untuk memasukkannya dalam tim Olimpiade mereka, tetapi gagal mendapatkan paspor Inggris untuknya. (ant)
 
 


Berita Lainnya