Nasional

Logika Nelayan Tanjung Pasir Yang Menohok Para Pendukung Pagar Misterius Tangerang

Polemik Pagar Laut Tangerang: Nelayan Bantah, Pengembang Membantah, Siapa Bertanggung Jawab?

Redaksi — Satu Indonesia
18 hours ago
Logika Nelayan Tanjung Pasir Yang Menohok Para Pendukung Pagar Misterius Tangerang
Penampakan pagar laut bambu misterius Tangerang dari udara (Foto: Istimewa)

TANGERANG – Pagar laut sepanjang 30 kilometer di pesisir utara Kabupaten Tangerang kembali memicu perdebatan. Para nelayan setempat membantah keras tuduhan bahwa mereka bertanggung jawab atas pemasangan pagar bambu yang disebut-sebut menghalangi aktivitas melaut dan menutup jalur perahu.

Maun (55), seorang nelayan asal Desa Tanjung Pasir, dengan tegas menyatakan bahwa pagar tersebut bukan buatan nelayan.

"Kami dirugikan karena jalur kami tertutup. Tidak mungkin kami memasang pagar yang malah menyengsarakan diri sendiri. Harga bambu mahal, pemasangan butuh waktu, nelayan mana yang sanggup?" katanya, Senin (13/01/25).

Maun juga mengungkapkan bahwa pemasangan pagar laut dilakukan oleh pihak RT/RW setempat, bukan nelayan. Menurutnya, klaim bahwa pagar tersebut dapat mencegah abrasi adalah "kebohongan" yang tidak bisa diterima akal sehat.

"Kalau benar mencegah abrasi, silahkan datang ke sini dan lihat langsung. Pagar itu roboh terkena ombak besar, apalagi kalau ada rob," tegasnya.

Pengembang Agung Sedayu Group Bantah Keterlibatan
Sementara itu, tuduhan bahwa pagar laut terkait proyek reklamasi PIK 2 dibantah oleh Kuasa Hukum Agung Sedayu Group (ASG), Muannas Alaidid.

"Tidak benar ada kaitan antara pengembang PIK 2 dan pagar laut ini. Semua tuduhan tersebut adalah fitnah," ujar Muannas, Sabtu (11/01/25).

Ia menyatakan bahwa pagar tersebut dibangun atas inisiatif masyarakat setempat sebagai tanggul pemecah ombak atau pembatas lahan yang terkena abrasi.

Jaringan Rakyat Pantura Klaim Pembangunan Swadaya untuk Mitigasi Bencana
Sandi Martapraja, Koordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP), menyatakan bahwa pagar laut dibangun secara swadaya untuk mencegah abrasi dan mengurangi dampak tsunami. Menurutnya, pagar bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai tambak ikan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

"Tanggul ini melindungi ekosistem pantai dan memberi peluang ekonomi baru melalui budidaya perikanan," jelasnya. (mul)

#PagarLautTangerang #KonflikLautTangerang #HakNelayan #ReklamasiPIK2 #AdvokasiPesisir #AbrasiPantura #BeritaTerkini #ViralTangerang #TambakIkan


Berita Lainnya