Laporan Khusus

Abdee Slank Idap Penyakit Autoimun, Kenali Penyebab hingga Cara Cegah

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
19 Oktober 2024 17:00
Abdee Slank Idap Penyakit Autoimun, Kenali Penyebab hingga Cara Cegah
Presiden Jokowi mengunjungi Abdee Slank di Rumah Siloam, Jakarta.

JAKARTA -  Abdee Slank saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 18 September 2024. Kondisi kesehatan gitaris band Slank tersebut menurun setelah mengalami serangan autoimun, yang merupakan efek dari transplantasi ginjal yang ia jalani pada tahun 2016.

"Abdee masuk rumah sakit sejak 18 September karena serangan autoimun/IGAN pada ginjalnya, hasil transplantasi tahun 2016," ungkap Buddy Ace, kakak dari Abdee Slank.

Pada 14 Oktober 2024, Abdee sempat mengalami pendarahan di bagian perutnya. Beruntung, dokter berhasil menangani kondisi tersebut dengan cepat. Saat ini, Abdee terus berjuang melawan penyakit autoimun yang dideritanya dan harus menjalani perawatan intensif untuk mendukung proses penyembuhannya.

"Serangan autoimun menyebabkan kondisi Abdee menurun, sehingga perlu perawatan intensif di rumah sakit sambil berupaya melawan penyakit tersebut," tambah Buddy Ace.

Selama dirawat, Abdee telah menerima kunjungan dari berbagai pihak, termasuk Presiden Joko Widodo yang datang menjenguk bersama Mensesneg Pratikno.

Menukil portal alodokter.com, penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun. Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.

Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.

Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing. Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.

Penyebab 

Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun, yaitu:

Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga

Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr

Terkena paparan bahan kimia, seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida

Merokok

Memiliki berat badan berlebih atau obesitas

Gejala

Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang sama, seperti:

 Sering merasa lemas

Otot pegal atau nyeri sendi

Ruam kulit

Demam yang hilang timbul

Bengkak di sendi atau wajah

Rambut rontok

Sulit konsentrasi

Kesemutan di tangan atau kaki

Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun drastis.

Contoh dan Gejalanya:

Lupus

Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.

Penyakit Graves

Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan menurun secara tiba-tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut rontok, jantung berdebar, gelisah, dan insomnia.

Psoriasis

Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang tebal dan bersisik.

Multiple sclerosis

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.

Myasthenia gravis

Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.

Tiroiditis Hashimoto

Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik secara tiba-tiba, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok, menstruasi yang tidak teratur, dan sulit berkonsentrasi.

Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease

Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah sakit perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan penurunan berat badan.

Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama sendi jari-jari tangan.

Sindrom Guillain Barré

Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan, lemas, dan gangguan keseimbangan, yang jika kondisinya makin parah bisa berkembang menjadi kelumpuhan.

Vaskulitis

Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan menurun secara tiba-tiba, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.

Myositis

Myositis dapat ditandai dengan nyeri otot, kelemahan otot di seluruh tubuh,serta kesulitan beraktivitas, termasuk untuk bangun dari posisi duduk atau tidur dan bahkan menelan makanan. Salah satu tipe myosistis, yaitu dermatomiositis, juga menyebabkan gejala ruam merah, sisik, dan benjolan pada kulit.

Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare biasanya terjadi akibat dipicu oleh suatu hal, misalnya paparan sinar matahari atau stres.

Kapan Harus ke Dokter?

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala awal yang telah disebutkan di atas, terutama jika Anda berisiko menderita penyakit autoimun.

Segera ke dokter jika gejala tersebut tak kunjung membaik, makin memburuk, atau jika Anda mengalami gejala yang spesifik.

Diagnosis 

Untuk mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala dan riwayat kesehatan pasien, serta riwayat penyakit di dalam keluarga pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Tidak mudah bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun. Meski setiap penyakit autoimun memiliki ciri khas, tetapi gejala yang muncul bisa sama. Oleh karena itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut ini untuk memastikan diagnosis:

Tes ANA (antinuclear antibody), untuk mengetahui aktivitas antibodi yang menyerang tubuh

Tes autoantibodi, untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam tubuh

Tes darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih

Tes C-Reactive protein, untuk mendeteksi peradangan dalam tubuh

Tes sedimentasi eritrosit, untuk mengetahui tingkat keparahan peradangan yang terjadi di dalam tubuh

Pengobatan 

Sebagian besar penyakit yang tergolong penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, tetapi gejala yang timbul dapat diringankan dan dicegah agar tidak terjadi flare.

Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Metode penanganannya antara lain:

Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun meliputi:

Obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), seperti ibuprofen dan naproxen, untuk mengatasi nyeri dan demam

Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, untuk menghambat perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh

Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan akibat penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis

Terapi pengganti hormon

Terapi pengganti hormon dilakukan jika pasien menderita penyakit autoimun yang menghambat produksi hormon di dalam tubuh. Contohnya, pemberian suntik insulin untuk mengatur kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 1, atau pemberian hormon tiroid bagi penderita tiroiditis.

Komplikasi 

Penyakit autoimun dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, yaitu:

Penyakit jantung

Kerusakan saraf

Deep vein thrombosis

Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal

Depresi atau gangguan kecemasan

Cara Pencegahan 

Penyakit autoimun tidak selalu bisa dicegah, karena kebanyakan penyakit autoimun terkait dengan faktor genetik. Meski demikian, ada beberapa upaya yang dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit autoimun, yaitu:

Berolahraga secara rutin

Tidak merokok

Menjaga berat badan tetap ideal

Menggunakan alat pelindung ketika bekerja, agar terhindar dari paparan bahan kimia

Rutin mencuci tangan dengan benar agar terhindar infeksi virus dan bakteri. (dan)


Berita Lainnya