Laporan Haji 2024

Usai Ibadah Haji, Jemaah Perlu Jalan Kaki dan Bersepeda Bantu Jaga Kebugaran

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
02 Juli 2024 10:30
Usai Ibadah Haji, Jemaah Perlu Jalan Kaki dan Bersepeda Bantu Jaga Kebugaran
Jalan kaki di pagi hari akan meningkatkan sistem metabolisme dan dapat membakar kalori tubuh.

JAKARTA - Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) menyarankan agar jemaah haji yang baru tiba di tanah air melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda untuk menjaga kebugaran fisik mereka setelah menjalani rangkaian ibadah haji yang panjang.

“Setelah menjalani haji, kita bisa melakukan olahraga dengan intensitas rendah, seperti berjalan kaki atau bersepeda statis di rumah tanpa beban yang berat,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, MARS, AIFO–K, di Jakarta. Menanggapi kepulangan ribuan jemaah haji ke Indonesia, Syarief menekankan pentingnya bagi jamaah haji untuk secara bertahap melakukan olahraga ringan agar tubuh tidak mengalami kelelahan akibat lama duduk di pesawat maupun setelah melakukan kegiatan haji yang panjang.

Untuk olahraga berjalan kaki, dia menyarankan jamaah melakukannya secara perlahan di tempat yang aman dan datar dibandingkan berbukit atau banyak turunan. Lokasi tersebut baik bagi mereka yang memiliki komorbid seperti penyakit paru-paru atau jantung. Bagi jemaah haji yang lebih senang berolahraga di dalam rumah, mengayuh sepeda statis bisa menjadi pilihan yang tepat karena tidak memerlukan banyak gerakan dan perpindahan dalam satu waktu. Syarief juga menyebut aerobik dengan intensitas rendah hingga sedang sebagai pilihan yang baik untuk kelenturan sendi tubuh.

Sementara itu, untuk olahraga seperti yoga dan zumba, Syarief menilai jamaah dapat melakukannya dengan catatan disesuaikan dengan kondisi masing-masing, terutama bagi penderita komorbid. “Tergantung pada jenis komorbidnya. Jika komorbidnya adalah hipertensi atau diabetes, harus disesuaikan dengan pola minum obatnya dan aktivitasnya, serta apakah kondisinya sudah stabil atau belum,” katanya.

Begitu juga dengan penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan hipertensi. “Bagaimanapun, harus diukur dulu nadinya. Dia harus belajar menghitung nadi dan mengenali kemampuan fisiknya sendiri. Jika nadinya sudah beranjak naik, dia harus beristirahat sejenak. Jangan sampai lebih dari 120, dan pemeriksaan itu bisa dilakukan secara mandiri,” tambah Syarief. (ant)
 
 


Berita Lainnya