Features

Pelukis Ini Ungkap Alasan Berulang Kali Lukis Gedung yang Sama

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
25 Mei 2024 09:30
Pelukis Ini Ungkap Alasan Berulang Kali Lukis Gedung yang Sama
Pelukis Yaksa Agus di antara dua karyanya "Jalan Kenangan: Antara" dan "Jalan Kenangan: Aneta" yang dipamerkan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2024).

JAKARTA - Pelukis asal Bantul, Yogyakarta, Yaksa Agus memiliki cara unik dalam menuangkan ide ke dalam lukisannya, yakni dengan banyak berdiskusi dan membaca. Yaksa, yang pernah menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, telah mengalirkan kreativitasnya ke dalam lukisan selama 20 tahun dengan metode tersebut.

"Membaca biasanya dilakukan pada malam hari. Dari situ bisa muncul imajinasi, atau saya juga bisa berdiskusi dengan teman atau istri," ujar Yaksa di Jakarta, Sabtu. Dari sekian banyak karyanya, lukisan berjudul "Jalan Kenangan: Antara" dan "Jalan Kenangan: Aneta" merupakan karya terbaiknya. Kedua lukisan tersebut dibuat tahun ini, namun bukan pertama kalinya Yaksa melukis gedung yang sama, karena ia telah melukisnya lebih dari lima kali.

"Kadang, Gedung Antara itu saya ceritakan dulu ke istri, baru ketika mood (suasana hati) membaik baru dituangkan ke dalam lukisan. Walaupun saya sudah melukis yang lain, tapi itu saya ceritakan terus," ujar Yaksa yang percaya diskusi bisa melahirkan ide-ide baru untuk lukisan berikutnya. Bagi Yaksa, gedung lama Antara yang dulunya milik kantor berita ANETA bukan hanya sebuah monumen pers, tetapi juga tempat melahirkan gerakan dan peristiwa kebudayaan.

"Dari sana, peristiwa budaya walaupun kecil, dibuat di sana yang mungkin itu juga akan terkabarkan ke mana-mana, seperti saat mengabarkan proklamasi," katanya. Dalam kehidupan sehari-hari, Yaksa melukis setidaknya dalam tiga sesi: pagi setelah bangun tidur hingga pukul 10.00, sore hari sekitar pukul 15.00 hingga magrib, dan malam hari.

"Nanti kalau malam tinggal mencari yang detil-detil, menulis-nulis puisinya. Yang ringan-ringan itu malam," tambahnya. Setelah pukul 10.00, Yaksa biasanya memasak untuk makan siang. Ia percaya diri dengan kemampuannya mengolah makanan yang menurutnya lebih baik ketimbang sang istri.

Berbicara tentang aktivitas khusus sebelum melukis, Yaksa mengaku tidak memilikinya. Ia mengatakan ide terkadang muncul begitu saja dan langsung direspons. "Kalau tidak ada ide atau gagasan, ya kita bekerja. Seperti pintu yang di sana (lukisan pintu) karena saya tidak ada ide yang kemudian harus diceritakan banyak tetapi saya ingin melukis. Itu pintu rumah di Kotagede, pintu di bangunan lama," jelasnya. (ant)
 
 


Berita Lainnya