Kesehatan

Mengenal Teknologi EBUS untuk Deteksi Kanker Paru

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
16 Juli 2024 10:30
Mengenal Teknologi EBUS untuk Deteksi Kanker Paru
dr. Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K), dokter spesialis paru RS Siloam MRCCC Semanggi.

JAKARTA - Teknologi Endobronchial Ultrasound (EBUS) adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas serta memperoleh sampel dari saluran pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening guna mendeteksi kanker paru-paru. Prosedur ini melibatkan penggunaan tabung kecil yang dilengkapi dengan kamera video dan ultrasound yang dimasukkan melalui mulut dan tenggorokan.

Menurut dr. Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K), dokter spesialis paru RS Siloam MRCCC Semanggi, kanker paru terjadi ketika sel-sel di dalam paru-paru berkembang secara tidak terkendali. Ada dua jenis utama kanker paru-paru: kanker paru primer yang dimulai di paru-paru itu sendiri, dan kanker paru sekunder yang merupakan penyebaran dari kanker di area tubuh lain.

"Gejalanya tidak selalu terlihat pada tahap awal, tetapi beberapa tanda awal yang sering muncul adalah sesak napas, suara serak, batuk terus-menerus dengan atau tanpa dahak dan darah, nyeri dada, serta kelelahan," kata dr. Arum dalam keterangan tertulis pada Senin.

Jika kanker paru telah menyebar, gejala yang mungkin muncul termasuk sakit kepala, penurunan berat badan secara drastis, gangguan keseimbangan, mata dan kulit yang menguning, nyeri sendi dan tulang, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Dr. Arum menjelaskan bahwa teknologi EBUS bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi kanker paru karena mampu memberikan sampel langsung dari area yang dijangkau, menghasilkan gambar yang detail untuk evaluasi patologi, dan menyediakan pilihan anestesi sedang atau anestesi umum. Proses EBUS juga relatif cepat dan sebagian besar pasien dapat pulang pada hari yang sama.

"EBUS bisa menjadi alternatif pilihan diagnosis yang tepat karena tingkat ketepatan dan keberhasilan mencapai 95 persen. Dengan bantuan diagnosis EBUS, pasien tentunya akan mendapatkan proses pengobatan yang tepat sehingga kualitas hidup akan menjadi lebih baik," ujar dr. Arum.

Prosedur EBUS

Beberapa langkah dalam prosedur EBUS antara lain:

Persiapan: Meliputi pemeriksaan pra-prosedur, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat medis. Pasien mungkin perlu berpuasa beberapa jam sebelum prosedur dilaksanakan sesuai dengan instruksi dokter. Jika ada kondisi medis tertentu atau penggunaan obat-obatan tertentu, dokter akan memberikan instruksi khusus terkait persiapan.

Anestesi: EBUS dapat dilakukan dengan anestesi sedang atau anestesi umum, tergantung situasi dan preferensi pasien. Penting bagi pasien untuk mengikuti instruksi dokter terkait kebutuhan makan atau minum sebelum prosedur dilakukan.

Memasukkan Tabung Endobronchial Ultrasound: Setelah pasien dibius, dokter akan memasukkan tabung kecil yang dilengkapi dengan kamera dan probe ultrasound melalui mulut dan tenggorokan pasien. Tabung tersebut akan mencapai saluran pernapasan, paru-paru, dan mungkin juga kelenjar getah bening di sekitarnya.

Pemantauan Visual: Saat tabung EBUS dimasukkan, dokter akan menggunakan monitor untuk melihat gambaran real-time dari saluran pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening.

Aspirasi Jarum Transbronkial (TBNA): Selain visualisasi, dokter juga dapat melakukan teknik TBNA selama EBUS. Teknik ini memungkinkan dokter mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru dan kelenjar getah bening di sekitarnya menggunakan jarum kecil.

Penutupan dan Pemulihan: Pasien akan dipantau secara berkala saat efek anestesi menghilang guna memastikan proses pemulihan berjalan baik. Setelah EBUS, dokter menggunakan sampel untuk analisis lebih lanjut dan mendiagnosis kondisi pasien. Pada umumnya, pasien dapat pulang pada hari yang sama, tetapi juga tergantung pada keadaan individu dan instruksi dokter.
Pemulihan Setelah EBUS

Setelah prosedur EBUS, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan pemulihan yang optimal:

a. Istirahat dan Pemulihan: Penting bagi pasien untuk istirahat yang cukup untuk memungkinkan tubuh pulih. Hindari aktivitas yang berat dan pastikan tidur dengan baik.

b. Perawatan Luka: Pasien mungkin mengalami sedikit ketidaknyamanan atau sakit tenggorokan setelah prosedur. Minum air hangat dapat membantu meredakan gejala ini. Jika ada perdarahan atau infeksi, segera hubungi dokter.

c. Pengawasan Gejala: Setelah EBUS, pasien perlu memantau gejala-gejala yang tidak biasa seperti demam, batuk berdarah, atau sesak napas yang memburuk. Jika mengalami hal ini, segera berkonsultasi dengan dokter.

d. Pencegahan Infeksi: Pasien harus menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi pasca-prosedur. Cuci tangan dengan sabun dan air secara saksama, hindari kerumunan, dan hindari kontak dengan orang yang sedang sakit. (ant)
 
 

 


Berita Lainnya