Opini
Malaysia Sukses Bangun Kelas Menengah, Modal Utama Jadi Negara Maju
Oleh: Musni Umar, Sosiolog
JAKARTA - Pasca Malaysia merdeka dari Inggris pada 31 Agustus 1957, sekitar 90% rakyat Malaysia miskin. Mayoritas rakyat Malaysia yang miskin adalah etnis Melayu.
Hal tersebut diungkapkan Prof. Dr. Kamaruddin M. Said, MA., Ph.D., Professor Emiritus Univ. Kebangsaan Malaysia (UKM) saat berbincang dengan saya sambil minum kopi di Plaza Indonesia Jakarta (27/10/2024).
Untuk memberantas kemiskinan yang amat besar di Malaysia, cara yang ditempuh ialah memberi keutamaan pada pendidikan. Pendidikan mulai dari Sekolah Dasar harus diajarkan membaca, menulis, mengira (matematika) dan berpikir. Pendidikan menurut dia, merupakan kunci untuk membebaskan setiap orang dari miskin menjadi tidak miskin. Dalam perbincangan, saya menambahkan bahwa dalam proses pendidikan haruslah yang memberi penyadaran, pencerahan dan pencerdasan.
Prof. Dr. Kamaruddin M. Said yang meraih gelar MA dan Ph.D dari Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat mengemukakan bahwa sejak Malaysia merdeka terutama setelah terjadi kerusuhan rasial 1969, Malaysia membuat empat Kebijakan:
Pertama, ketuanan Melayu. Masalah ketuanan Melayu ditulis Mahathir Mohamad dalam bukunya "The Malay Dilemma", di antaranya dia berpendapat bahwa orang Melayu adalah penduduk asli Malaya dan satu-satunya negara mereka. Sesuai dengan praktik di dunia, hal ini memberikan kepada orang Melayu hak-hak yang tidak dapat dicabut atas bentuk dan kewajiban kewarganegaraan yang dapat dikenakan pada warga negara yang bukan berasal dari suku asli". Hal tersebut mengacu kepada kontrak sosial.
Kedua, pendidikan. Pemerintah mengutamakan pendidikan kepada orang Melayu untuk belajar di dalam negeri maupun di luar negeri dengan beasiswa. Kebijakan ini telah melahirkan orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi dari kalangan orang Melayu, yang kemudian mengubah struktur sosial penduduk Malaysia secara masif dari lower class menjadi middle class (kelas menengah).
Ketiga, ekonomi. Pemerintah diwajibkan memberikan order (pekerjaan) dan tempat berusaha kepada usahawan Melayu dan kemudahan mendapatkan kredit dari bank. Kebijakan (policy) ini telah sukses mendorong lahirnya kelas menengah Malaysia dalam bidang ekonomi. Walaupun tidak sepenuhnya sukses karena adanya usahawan Alibaba, tetapi kebijakan New Economic Policy (NEP) telah membawa ekonomi Malaysia tidak sepenuhnya di dominasi secara mutlak oleh pengusaha China seperti di Indonesia.
Keempat, birokrasi. Penerimaan pegawai kerajaan tetap mengutamakan orang Melayu dengan mengacu pada meritokrasi yaitu sistem sosial yang memberikan penghargaan kepada individu berdasarkan prestasi atau kemampuannya, bukan berdasarkan kekayaan atau kelas sosial.
Malaysia Kuat
Kebijakan pemerintah Malaysia dalam membangun Sosial ekonomi, pada mulanya mendapat kritik dari berbagai kalangan karena rasial, tetapi hari ini telah memberi kebaikan kepada Malaysia. Setidaknya terdapat lima kebaikan kepada Malaysia.
Pertama, persatuan semakin kukuh. Etnis Melayu pada awal kemerdekaan Malaysia, mayoritas miskin dan kurang pendidikan. Namun setelah Malaysia membangun selama 67 tahun, sentimen kesukuan (etnis) semakin berkurang karena keadilan dalam bidang pendidikan dan ekonomi sudah diperoleh, sehingga persatuan menjadi kukuh.
Kedua, kerukunan dan integrasi nasional semakin kuat, karena etnis Melayu, China, India dan etnis lain sudah dapat duduk sama rendah berdiri sama tinggi karena keadilan dan kesejahteraan sudah dinikmati bersama.
Ketiga, berkat pembangunan yang dilandaskan pada New Economic Policy (NEP), sosial ekonomi Malaysia sudah terbangun bagaikan "ekonomi belah ketupat", yaitu kelas sosial ekonomi dalam wujud sebagai "middle class" yang besar dan kuat".
Keempat, pembangunan Malaysia dalam kurun waktu yang panjang 67 tahun lamanya telah sukses meminimalisasi tingkat kemiskinan di Malaysia, walaupun masih ada orang miskin.
Kelima, media telah memberitakan bahwa Malaysia dalam waktu yang tidak lama, akan menjadi negara maju dengan income per kapita yang tinggi. Menurut saya, sumbangsih kelas menengah yang besar dan kuat, menjadi pendorong kuat Malaysia menjadi negara maju dan makmur.